Menjalin Komunikasi dengan
Orang Tua
Jika
antara sekolah dan orang tua belum terjadi adanya hubungan yang selaras dalam
hal peningkatan kualitas pendidikan, maka proses pendidikan di sekolahpun akan
mengalami berbagai kendala
Stakeholders pendidikan adalah pemerintah, sekolah
(pendidik dan tenaga pendidik), dan orang tua. Ketiga komponen tersebut saling
bergantung dan terkait serta harus saling memberikan support. Jika salah satu komponen tersebut tidak memberikan support maka proses pendidikanpun akan
terganggu dan tidak berjalan sebagaimana tujuan pendidikan yang ingin di capai.
Keberhasilan pendidikan bergantung dari hubungan yang selaras dan saling
komunikasi antar ketiga komponen.
Pada
dewasa ini proses pendidikan sudah berlangsung cukup baik dan ada peningkatan
kualitas. Beberapa hal yang dilakukan oleh pihak pemerintah adalah melakukan
berbagai perbaikan pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan baik dari
segi manajemen pendidikan, sarana maupun dari segi pendidik dan tenaga kependidikannya.
Dari segi manajemen pendidikan telah diupayakannya manajemen berbasis sekolah,
dimana sekolah diberikan ruang gerak untuk melakukan kreatifitas dan inovasi
pendidikan dalam rangka untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan
karakteristik daerahnya. Dari segi sarana telah dilakukannya perbaikan gedung
dan media pembelajaran yang memadai sehingga diharapakan proses pembelajaran
dapat dilakukan secara efektif dan berkualitas. Sedangkan untuk peningkatan kompetensi
pendidik dan tenaga pendidikan dengan dilakukannya berbagai pelatihan, workshop
disamping memebrika kesejahteraan seperti yang diamanatkan UU No. 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen.
Secara
makro bahwa pendidikan saat ini sedang berkembang menuju perbaikan kualitas,
namun secara mikro masih memunculkan masalah yaitu terjadinya penurunan tentang
perilaku, sikap, dan tanggung jawab peserta didik sebagai seorang pelajar dalam
proses pembelajaran.
Saat
ini hubungan pihak pemerintah dengan sekolah telah terbentuk hubungan yang
selaras untuk melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan, bagaimanakah hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik.
Stakeholders pendidikan adalah pemerintah, sekolah
(pendidik dan tenaga pendidik), dan orang tua. Ketiga komponen tersebut saling
bergantung dan terkait serta harus saling memberikan support. Jika salah satu komponen tersebut tidak memberikan support maka proses pendidikanpun akan
terganggu dan tidak berjalan sebagaimana tujuan pendidikan yang ingin di capai.
Keberhasilan pendidikan bergantung dari hubungan yang selaras dan saling
komunikasi antar ketiga komponen.
Orang
tua adalah salah satu komponen stakeholders
pendidikan yang merupakan komponen yang ikut andil dan menentukan tentang
keberhasilan pendidikan. Jika antara sekolah dan orang tua belum terjadi adanya
hubungan yang selaras dalam hal peningkatan kualitas pendidikan, maka proses
pendidikan di sekolahpun akan mengalami berbagai kendala. Belum terbangunnya hubungan
dan komunikasi yang selaras antara sekolah dengan orang tua selama ini nampak
dengan jelas dari hasil proses pendidikan terutama dalam hal sikap, perilaku,
dan tanggungjawab anak sebagai seorang peserta didik. Hingga sekarang kita
masih banyak menemukan sikap dan perilaku seorang peserta didik dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak mencerminkan sebagai anak terpelajar. Banyak di antara
mereka melakukan sikap dan perilaku yang kurang terpuji dan bahkan cenderung
melanggar norma baik agama maupun pemerintah. Semua itu dapat dibenahi dan
dilakukan perbaikan apabila sekolah bersama dengan orang tua murid menciptakan
hubungan dan komunikasi yang selaras untuk bersama-sama mendidik dan
mengarahkan anak untuk berkembang sesuai dengan potensinya.
Bagaimanakah
menciptakan hubungan yang intens dan selaras antara sekolah dan orang tua
peserta didik, bagaimakah peran orang tua terhadap kegiatan belajar peserta
didik selama di rumah?
Mari
kita pahami bersama mengenai tujuan pendidikan, pendidikan adalah suatu proses
yang dilakukan secara terus menerus untuk membentuk akhlak dan kepribadian agar
menjadi manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, cerdas, bermartabat, serta berwawasan luas.
Menurut teori konvergensi hasil pendidikan anak
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Diakui bahwa anak
lahir telah memiliki potensi yang berupa pembawaan. Namun pembawaan yang
sifatnya potensial itu harus dikembangkan melalui pengaruh lingkungan, termasuk
lingkungan pendidikan, oleh sebab itu tugas pendidik adalah menghantarkan
perkembangan semaksimal mungkin potensi anak sehingga kelak menjadi orang yang
berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, nusa, dan bangsanya. Sedangkan menurut salah seorang pakar pendidikan
Darmawan Iskandar, pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus
(abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari
manusia.
Pendidikan
adalah proses yang secara terus menerus dan pendidikan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Lingkungan sekolah dan lingkungan rumah merupakan lingkungan yang
mempunyai andil besar dalam proses pendidikan anak. Sehingga perlu menciptakan
suasana yang serasi dan selaras antara sekolah dan rumah. Disinilah peran orang
tua selama di rumah yang sangat mendukung keberhasilan proses pendidikan. Di dalam pendidikan
berlangsung proses pembelajaran, sedangkan proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh faktor pendidiknya di samping faktor orang tua selama peserta
didik tersebut di rumah. Tugas guru adalah mengajarkan cara belajar kepada
peserta didik di samping itu sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar peserta didik. Sebagaimana
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen di dalam Pasal 1,Ayat 1 “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah’. Sedangkan
orang tua berperan untuk mendampingi, mengarahkan, dan mengawasi anaknya dalam
belajar di rumah agar yang di dapat di sekolah dapat dilanjutkan di rumah dan
tidak bertentangan dengan pembiasaan di sekolah.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di
sekolah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan sekolah yang baik, artinya
sejauhmana masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan di sekolah
adalah indicator terhadap manajemen sekolah yang bersangkutan. Pemberdayaan
masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu yang esensial bagi
penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Tingkat partisipasi
masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah ini nampaknya memberikan pengaruh
yang besara bagi kemajuan sekolah, kualitas pelayanan pembelajaran di sekolah
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi belajar peserta
didik di sekolah. Hal ini secara tegas dinyatakan oleh Husen (1988) dalam
penelitiannya bahwa siswa dapat belajar banyak karena dirangsang oleh pekerjaan
rumah yang diberikan oleh guru dan akan berhasil dengan baik berkat usaha orang
tua mereka dalam memberikan dukungan. Penelitian lain yang memperkuat apa yang
dikemukakan di atas dinyatakan oleh Levine & Hagigust, 1988) yang
menyatakan bahwa Lingkungan keluarga, cara perlakuan orang tua murid terhadap
anaknya sebagai salah satu cara/bentuk partisipasi mereka dalam pendidikan
dapat meningkatkan intelektual anak.
Definisi
yang lebih lengkap diungkapkan oleh Bernays seperti dikutip oleh Suriansyah
(2000), yang menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:
a.
Information given to the public (memberikan
informasi secara jelas dan lengkap kepada masyarakat)
Hal terpenting dalam proses
pendidikan adalah adanya informasi yang diberikan kepada masyarakat yang dampaknya
dapat merubah sikap dan tindakan masyarakat terhadap pendidikan serta
masyarakat memberikan sesuatu untuk perbaikan pendidikan.
Dengan
demikian sangat dibutuhkan hubungan sekolah dengan orang tua murid yang
selaras, saling memberikan support agar
proses pendidikan dan pembiasaan di sekolah dapat dilanjutkan di rumah dengan
pendampingan orang tua dalam istilahnya pembiasaan yang diterapkan di sekolah
tidak bertentangan dengan pembiasaan yang di rumah. Jika hal ini dapat
dilakukan maka proses pendidikan yang secara terus menerus dapat tercapai.
Sehingga pendidikan yang membentuk manusia seutuhnya agar dapat terwujud
generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab akan terwujud. Beberapa contoh bentuk
hubungan yang dapat dilakukan oleh orang tua murid dengan sekolah:
1.
Memantau perkembangan pribadi dan mendampingi belajar
putra-putrinya di rumah dan bila ada hal-hal yang perlu dikonsultasi dengan
pihak sekolah dengan segera berkonsultasi dengan pihak sekolah.
2. Mendorong anak dalam belajar secara teratur di rumah, termasuk dalam hal
ini peranan orang tua membimbing dan memberikan pengawasan terhadap kegiatan
belajar anak di rumah.
3. Mendorong anak dalam menyusun waktu belajar serta menetapkan prioritas
kegiatan di rumah, pengawasan pelaksanaan jadwal belajar dirumah menjadi sangat
penting bagi orang tua murid. Hal ini harus mendapat perhatian bagi sekolah
untuk diberikan informasi yang jelas dan lengkap tentang apa dan bagaimana
mereka bisa melakukan kegiatan tersebut.
4. Membimbing dan mengarahkan anak dalam penggunaan waktu belajar, bermain dan
istirahat.
5.
Membimbing dan mengarahkan anak melakukan suatu kegiatan yang
menunjang pelajaran di sekolah. Orang tua diharapkan berperan aktif dalam
membimbing anak dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang menunjang pembentukan dirinya kearah kedewasaan.
6.
Dalam waktu tertentu meminta informasi atau konsultasi dengan
pihak sekolah mengenai perkembangan dan proses belajar putra-putrinya.
7.
Menyampaikan informasi kepada pihak sekolah mengenai perkembangan
pribadi dan proses belajar di rumah secara fakta dan tidak ditutup-tutupi.
9.
Menyediakan fasilitas belajar di rumah dan membimbing
putra-putrinya agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian.
12. Melakukan
pembiasaan di rumah seperti yang direkomendasikan oleh pihak sekolah demi
perkembangan pribadi putra-putrinya.
13. Tidak membiasakan
putra-putrinya melakukan tindakan, sikap atau perilaku yang bertentangan dengan
di sekolah.
a.
Modelling of behaviors (pemodelan perilaku), yaitu gaya dan cara orang tua berperilaku dihadapan
anak-anak, dalam pergaulan sehari-hari atau dalam setiap kesempatan akan
menjadi sumber imitasi bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu orang tua ataupun
lingkungan keluarga dan masyarakat yang menunjukkan perilaku negatif akan
sangat mempengaruhi perilaku anak di rumah, di sekolah, maupun dimasyarakat.
Dalam kaitan dengan hal ini diperlukan kesamaan nilai dan norma yang berlaku di
sekolah dengan yang berlaku di keluarga dan masyarakat.
b.
Giving rewards and
punishments (memberikan
ganjaran dan hukuman). Cara orang tua memberikan ganjaran dan hukuman juga
mempengaruhi terhadap perilaku anak.
c.
Direct instruction (perintah langsung), pemberian perintah secara langsung atau
tidak langsung memberi pengaruh terhadap perilaku, seperti ungkapan orang tua
“jangan malas belajar kalau ingin dapat hadiah” pernyataan ini sebenarnya
perintah langsung yang lebih bijaksana, sehingga dapat menumbuhkan motivasi
anak untuk lebih giat belajar. Banyak masyarakat tidak mengerti bagaimana
penghargaan dan hukuman yang akan memberikan dampak bagi proses pendidikan,
Akibatnya setelah terjadi penyimpangan perilaku akibat pemberian yang
berlebihan tersebut baru mereka sadar.
d.
Stating rules (menyatakan aturan-aturan), menyatakan dan menjelaskan
aturan-aturan oleh orang tua secara berulang kali akan memberikan peringatan
bagi anak tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindarkan oleh
anak.
e.
Reasoning (nalar). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bisa mempertanyakan
kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk
mempengaruhi anaknya, misalnya orang tua bisa mengingatkan anaknya tentang
kesenjangan perilaku dengan nilai-nilai yang dianut melalui
pernyataan-pernyataan. Contohnya “sekarang rangking kamu jelek, karena kamu
malas belajar, bukan karena kamu bodoh! “.
f.
Providing
materials and settings. Orang tua perlu
menyediakan berbagai fasilitas belajar yang diperlukan oleh anak-anaknya
seperti buku-buku dan lain sebagainya. Tetapi buku apa dan fasilitas apa yang
sesuai dengan kebutuhan sekolah, banyak orang tua tidak memahaminya.
Bahwa menciptakan hubungan
komunikasi yang serasi, selaras, dan saling memberikan support dengan orang tua peserta didik, bertujuan untuk :
a.
Meningkatkan kualitas lembaga sekolah.
c.
Meningkatkan kualitas hasil belajar, baik dari segi
akademik, efektif/perilaku/karakter maupun segi lifeskill peserta didik.
d.
Meningkatkan kualitas tenaga kependidikannya.
Dengan
hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat pelaksanaan hubungan
sekolah dengan orang tua peserta didik yaitu:
a.
Lebih instropeksi diri dalam mengembangkan lembaga
b.
Memberikan kemudahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas
tenaga kependidikannya karena adanya dukungan yang besar dari orang tua murid.
c. Memperbesar
kepercayaan masyarakat terhadap sekolah, jika kulaitas dan dukungan masyarakat
semakin besar.
Bagi Orang tua
peserta didik
1.
Orang tua semakin memahami tentang kependidikan dan dapat
mengontrol perkembangan pendidikan putra-putrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar