Kamis, 08 Oktober 2015

Mengembangkan Potensi SLow Learner



Mengembangkan Potensi Slow Learner
Jika anak slow learner diberikan pendidikan yang tepat maka potensinya akan berkembang melebihi anak normal lainnya, namun jika dibiarkan mereka akan menjadi generasi budak.

Anak dilahirkan dengan potensi dan keunikannya masing-masing. Mereka terlahir sebagai anak yang uniq. Setiap anak berbeda dengan lainnya, bahkan anak kembar memiliki potensi dan kelemahan yang berbeda. Sebagai orang tua pasti menginginkan memiliki anak dengan potensi yang luar biasa, normal seperti anak pada umumnya. Potensi dan kelemahan yang ada pada diri anak yang harus kita pahami dan kita kembangkan dengan meminimalkan kelemahan yang dibawanya sejak lahir. Apalagi kita sebagai seorang guru, dalam satu kelas terdapat berbagai macam anak dengan latar belakang sosial orang tuanya dan berbagai macam anak dengan perilaku yang berbeda-beda. Ada anak yang pendiam dan cenderung mengasingkan dri dari temannya atau sebaliknya, anak dengan perilaku yang berlebihan energinya seakan-akan tidak pernah capek atau sebaliknya, anak yang suka usil dengan temannya, anak yang sangat manja dengan kita sebagai gurunya, anak yang mandiri dan tanggung jawab, anak yang dengan mudah mengusai dan memahami materi pelajaran yang kita berikan atau sebaliknya, anak yang mudah fokus namun ada anak yang perhatiannya mudah teralihkan. Perilaku tersebut mungkin hanya sebagian dari perilaku anak-anak kita yang kita temui setiap hari. Yang sering kita abaikan dalam proses pembelajaran, kita acuhkan, dan bahkan sering kita biarkan belajar seperti apa adanya adalah anak dengan kecenderungan lemah akademik, baik lemah pemahaman maupun lemah berhitung. Anak dengan kecenderungan tersebut secara fisik mereka sama seperti anak pada umumnya, namun jika kita obsevasi maka kita akan mendapatkan anak tersebut ternyata kategori anak yang membutuhkan pendampingan belajar yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dengan kelemahan akademik tersebut bukan anak yang mampu belajar tetapi anak yang mengalami kelambanan dalam belajar yang merata pada semua pelajaran.
Di dalam buku model kurikulum (kemendikbud, 2007) anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan, sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka sedikit di bawah rata-rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan belajar mereka merata pada semua mata pelajaran. Anak dengan kecenderungan tersebut kategori anak slow learner disebut anak border line (”ambang batas”), yaitu berada di antara kategori kecerdasan rata-rata dan kategori mental retardation /tunagrahita.
Mereka termasuk katagori “border line ”( garis batas ) yang secara pendidikan disebut “slow learner “ ( lamban belajar ). Anak-anak yang masuk dalam kelompok lamban belajar dan tunagrahita ringan, banyak juga ditemukan di sekolah umum. Gejalayang tampak antara lain prestasi belajar sebagian besar atau seluruh mata pelajaran umumnya rendah, sulit menangkap pelajaran, dan sebagainya. Akibat lebih jauh dari kondisi ini adalah putus sekolah . Guru perlu mengenali mereka agar dapat memberikan bantuan sedini mungkin sehingga anak tidak  putus sekolah(wikipedia.org). Jika anak slow learner diberikan pendidikan yang tepat maka potensinya akan berkembang melebihi anak normal lainnya, namun jika dibiarkan mereka akan menjadi generasi budak. Sebagai pelaku pendidikan kepekaan terhadap anak yang dibutuhkan agar mendapatkan pendidikan yang tepat.
Anak dengan kecenderungan yang berbeda dengan anak pada umumnya mereka memiliki permasalahan dalam bahasa dan komunikasi, kognisi dan intelektual, kemandirian, sosial, dan emosi. Dengan keterbatasan yang dimilikinya maka anak seperti tersebut membutuhkan proses belajar yang berbeda dengan anak pada umumnya. Mereka dapat dimasukan ke dalam satu kelas dengan anak normal lainnya, namun dalam pembelajaran mereka membutuhkan metode dan penanganan yang berbeda. Secara spesifik karakteristik anak Slow Learner dipengaruhi oleh faktor internal yaitu yang berasal dari dalam anak itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian, sehingga kemampuan perseptualnya terhambat. Kemampuan perseptual yang terhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses pemahaman terhadap objek yang didengar) maupun persepsi taktil-kinestetis (proses pemahaman terhadap objek
yang diraba dan digerakkan), dan yang lebih memastika adalah skor IQ : 80-90. Faktor-faktor internal tersebut menjadi penyebab anak kategori slow learner, bukan faktor eksternal (yang berasal dari luar anak), seperti faktor lingkungan keluarga, budaya, fasilitas, dan lain-lain. Anak slow learner tidak memiliki gangguan fisik dan/atau Mental.
Jika dalam proses pembelajaran di kelas kita menemukan anak dengan kecenderungan seperti tersebut, maka hal yang harus kita lakukan adalah :
·      Melakukan asesmen akademik yaitu mengumpulkan informasi kemampuan akademik dalam hal membaca, menulis, dan berhitung.
·      Memastikan bahwa anak kategori slow learner yaitu dengan membawa anak ke Psikolog untuk tes IQ (IQ : 80-90).
·      Berkolaborasi dengan Psikolog untuk mengembangkan pembelajaran dan potensinya.
·      Memberikan proses pembelajaran yang berbeda dengan anak pada umumnya, yaitu :
-      Breakdown Kurikulum : mengembangkan kurikulum dan silabus berdasar KD dan Indikator pada kurikulum nasional.
-      Memodifikasi bahan ajar : dinarasikan atau diinformasikan, diberikan pengalaman nyata, disajikan dalam bentuk benda-benda kongkrit atau benda-benda yang dibuat model tiruan, diganti dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, dihilangkan atau tidak diberikan sama sekali, dengan pertimbangan  apabila diberikan dapat membahayakan diri anak didik.
-      Menggunakan standar penilaian yang berbeda dengan lainnya.
-      Proses pembelajarannya secara bersama-sama dalam kelas klasikal dalam waktu tertentu dan secara individu dengan pendampingan.
-      Mengembangkan potensi non akademik
-      Mengembangkan hobbi untuk dijadikan keahliannya
-      Bekerjasama dengan orang tua dalam hal mengemabngkan akademik dan non akademik
-      Memberikan rekomendasi ke orang tua berdasarkan rekomendasi Psikolog dan observasi di kelas untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi non akademik ke pendidikan non formal di luar sekolah.
-      Memahami anak dengan tidak membedakan dalam hal perlakuan emosi dengan anak lainnya.
Dengan model-model tersebut, kita harapkan anak slow learner akan berkembang potensi akademik dan non akademiknya sehingga kelak mereka akan menjadi generasi bangsa yang dapat memebrikan sumbangsih besar dan bermanfaat bagi lingkungannya. Bagaimanakah menurut saudara?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar