Selasa, 24 November 2020

GURU, MULTI POTENCY YANG TAK TERGANTI

 

GURU, MULTI POTENCY YANG TAK TERGANTI

 Heri Murtomo (Guru di Surabaya)

Adanya pandemi Covid-19 telah merubah tatanan semua lini kehidupan termasuk lini pendidikan. Sejak Maret 2020 adanya pandemi Covid-19 untuk proses pendidikan pemerintah telah memberlakukan belajar dari rumah dengan cara pembelajaran daring. Perubahan proses pembelajaran ini memiliki pengaruh yang luar biasa semua aspek pendidikan. Guru, siswa, dan orang tua murid dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut secara cepat. Guru harus dapat melakukan proses pembelajaran yang tidak biasanya mulai dari perencanaan, pelaksanaaan, dan evaluasi proses pembelajaran. Melakukan inovasi pada unsur-unsur proses pembelajaran tersebut bukan hal yang mudah, dibutuhkan keterampilan teknologi yang baik. Untuk membuat perencanaan proses pembelajaran daring bukan sekedar perencanaan proses pembelajaran tatap muka langsung yang biasa dijalani, namun harus disesuiakan dengan kondisi daring yang terbatas pada interaksi, tatap muka, dan komunikasi. Perencanaan pembelajaran harus mampu mengadopsi situasi tersebut dan menjadikan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif dan bermakna. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dapat terjadi berbeda dengan yang sudah dibuat skenario pembelajarannya. Hal ini banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah kondisi jaringan, perangkat, dan kondisi psikologis siswa. Begitu juga saat evaluasi proses pembelajaran dapat terjadi tidak optimal dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal-hal di atas adalah beberapa kendala yang dapat terjadi pada saat proses pembelajaran daring.

Pembelajaran daring adalah model pembelajaran yang baru bagi siswa dan belum menjadi budaya pembelajaran sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran daring masih banyak ditemui kendala-kendala, pembelajaran menjadi kurang optimal, dan pembelajaran masih belum bisa menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa dalam pembelajaran daring faktor jaringan, perangkat, keterampilan guru pada IT,kondisi siswa, dan pendampingan orang tua dalam belajar sangat berpengaruh. Jaringan dan perangkat yang dimiliki oleh guru dan siswa masih terbatas sehingga pembelajaran daring kurang optimal. Belum lagi masih banyak guru yang belum menguasai atau memiliki keterampilan yang memadai dalam penggunaan IT. Disamping itu kesibukan orang tua dan sudah menjadi frame orang tua bahwa belajar adalah dengan guru sehingga saat pembelajaran daring pendampingan orang tua masih sangat kurang, peran orang tua masih belum optimal.

Dari uraian di atas bahwasannya pembelajaran daring masih belum optimal dilakukan karena masih banyak ditemukan kendala-kendala dan faktor guru, siswa, orang tua yang belum memadai.

Walaupun dengan berbagai kendala dan faktor penghambat pembelajaran daring seperti uraian di atas, namun pada saat pembelajaran daring penyampaian ilmu pengetahuan tidak mengalami masalah karena era digital membuat siswa mudah mengakses ilmu pengetahuan. Guru juga dapat memberikan pembelajaran dengan berbagai metode dengan pembelajaran kontekstual. Hal itu mungkin bisa membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengalami, mencari, dan membuat kesimpulan atas ilmu yang dipelajari. Sehingga akan tumbuh siswa yang memiliki crritical thingking, critis, comunication, dan colaboration sesuai dengan tujuan pendidikan di era 4.0 ini. Pembelajaarn daring membuat siswa memiliki waktu yang cukup banyak untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan waktu pembelajaran lebih fleksibel. Tapi yang sulit didapat pada proses pembelajaran daring adalah kehadiran sosok seorang guru dihadapan siswa.

Guru adalah seorang pendidik yang memberikan ilmu dan menumbuhkembangkan seluruh potensi siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Guru bukan sekedar mengajar namun guru memberikan teladan dan inspirasi bagi siswa. Setiap tindak-tanduk, nasehat, dan perilakunya menjadi teladan bagi siswa. Peran guru sangat penting dalam membentuk moral, akhlak, dan perilaku siswa. Pada saat proses pembelajaran guru melakukan pengajaran yaitu mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa. Di saat era digital ini ilmu pengetahuan mudah diakses oleh siapapun, dapat dipelajari dimanapun, oleh siapapun, dan kapanpun baik secara indivual maupun  kelompok. Namun ada hal yang tidak didapat pada saat mempelajari ilmu pengetahuan dari digital dengan belajar bersama guru di kelas. Pada saat proses penyampaian ilmu pengetahuan seorang guru bukan sekedar berceramah memberikan informasi namun guru merancang pembelajaran yang membangun karakter siswa melalui metode-metode yang sesuai antara lain diskusi, tanya jawab, inquiri, problem solving, project dan lain sebagainya. Metode-metode pembelajaran tersebut membangun karakter, akhlak, dan sikap siswa dalam bersosialisasi dengan  temannya yang berbeda-beda. Sehingga pada diri siswa akan terbentuk sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, bekerjasama, dan saling memahami satu dengan lainnya. Kehadiran guru di kelas pada saat proses pembelajaran secara tidak langsung telah memberikan keteladanan bagi siswa. Nasehat guru, sikap guru, tindak-tanduk guru telah mengisi ruang pada hati siswa yang membangun jiwa siswa sehingga menginspirasi siswa untuk bersikap, bertutur kata, dan berperilaku seperti yang yang dicontohkan oleh guru. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa dalam proses pembelajaran tatap muka langsung sangat penting perannya karena interaksi tersebut yang bisa saling memberikan motivasi. Interaksi antara guru dengan siswa secara personal pada saata ada siswa yang membutuhkan perhatian khusus memiliki peranan penting dalam membangun jiwa, motivasi, karakter, dan akhlak siswa. Di saat tertentu guru juga dapat menceritakan tentang kisah-kisah yang menumbuhkan motivasi, dan membangun karakter anak. Menceritakan kisah secara tatap muka langsung lebih menyentuh hati siswa karena terjadi kontak mata dan kontak hati antara guru dan siswa secara langsung.

Uraian di atas adalah hal-hal yang didapat pada proses pembelajaran tatap muka secara langsung. Hal-hal tersebut hanya bisa di dapat jika terjadi kontak mata dan kontak hati secara langsung antara guru dan siswa. Walaupun perkembangan teknologi begitu cepat dan ilmu pengetahuan mudah diakses oleh siswa kapanpun  namun hubungan hati antara siswa dan guru yang tidak akan didapat tanpa proses pembelajaran tatap muka secara langsung.

Sepanjang hayat, sepanjang dunia masih bergerak dan perkembangan digital yang melebihi kecepatan berputarnya kecepatan dunia kehadiran sosok guru dihadapan siswa tak akan pernah tergantikan oleh apapun. Guru membawa dan memberikan value kepada siswa, guru mengisi hati siswa, guru menjadi inspirasi siswa, menjadi teladan siswa, dan guru yang menjadikan generasi unggul pada masa-masa yang akan datang.