Minggu, 05 Mei 2013

MENGENALI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SEJAK DINI


MENGENALI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SEJAK DINI

Anak dilahirkan memiliki potensi yang berbeda, mereka memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda. Setiap anak adalah unik dan semua anak adalah berbeda. Sebagai orang tua kita tidak dapat menyamaratakan atau membandingkan anak satu dengan lainnya, apalagi sebagai seorang guru yang dengan jelas kita dapat melihat ketika anak-anak di dalam kelas bahwa anak-anak kita memiliki karakter, kebiasaan, kecerdasan, dan potensi yang berbeda. Namun harus kita sadari bahwa setiap anak memiliki keterbatasan atau barangkali keistimewaan baik fisik maupun psikisnya. Keterbatasan anak tersebut kadang yang membuat kita kurang dapat memahami potensi mereka, keinginan kita terlalu berorientasi bahwa anak yang kita harapkan adalah anak yang sempurna baik fisik maupun akademiknya. Sebuah fakta yang berkembang di masyarakat bahwa orang tua yang memiliki anak dengan keterbatasan fisiknya maupun akademik dan psikisnya, maka mereka para orang tua justru malu dengan masyarakat sekitar sehingga banyak di antara orang tua yang justru memberi pengekangan anaknya agar tidak bergaul dengan lingkungannya padahal inilah yang semakin memperparah keadaan anak dan tidak berkembangnya potensi anak. Sebaliknya para orang tua yang memiliki anak dengan keadaan fisik yang normal, akademik dan psikis yang memuaskan menurut ukuran mereka, maka para orang tua semakin bangga dengan anaknya sehingga mereka memberikan waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan potensi anaknya. Disamping itu kadang masih banyak orang tua yang memiliki anak menurut ukuran mereka sempurna secara fisik dan psikis tidak menghendaki anak mereka untuk bergaul dengan anak yang memiliki keterbatasan fisik dan psikis sehingga masih terjadi adanya jurang pemisah diantara anak-anak tersebut, dan hal ini yang semakin membuat pergaulan anak-anak yang memiliki keterbatasan semakin sempit dan terbatas lingkungan pergaulannya. Hal tersebut di atas berdampak bahwa anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik dan psikis akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat, mereka akan dianggap sebagai anak yang tidak memiliki potensi, skill, dan kecerdasan lainnya. Mereka dianggap sebagai anak yang akan merepotkan masyarakat, anak yang masa depannya suram.
Untuk itu pandangan orang tua dan masyarakat seperti yang diuraikan di atas harus segera di ubah atau dihilangkan, paradigma orang tua atau masyarakat harus segera diarahkan bahwa setiap anak dilahirkan memiliki potensi, kecerdasan, dan bakat yang berbeda. Setiap anak adalah manusia, mereka semua memiliki keterbatasan sebagai hamba Allah SWT.
Apa yang harus dilakukan untuk memecahkan atau memberikan solusi alternatif pada masalah tersebut?
Secara sederhana yang dapat kita lakukan adalah memberikan pemahaman tentang anak berkebutuhan khusus, sehingga orang tua dan masyarakat dapat semakin memahami tentang semua anak. Agar kita semua dapat memahami anak berkebutuhan khusus maka sejak dini kita harus mengenali ciri-ciri anak berkebutuhan khusus tersebut sehingga penanganan anak berkebutuhan khusus dapat dilakukan sejak dini dan pada akhirnya kita dapat mengetahui potensi dan kecerdasannya sehingga dapat dikembangkan lebih optimal.
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus).
Secara umum kita dapat mengetahui bahwa seorang anak termasuk anak berkebutuhan khusus, apabila kita dapat mengenali ciri-ciri yang nampak secara fisik dari anak tersebut. Anak dikategorikan berkebutuhan khusus akan nampak ciri-ciri secara fisiknya, dan dapat kita kenali anatra lain :
·      apabila kita menatap mata anak tersebut, maka anak tersebut akan mengalihkan pandangannya dari kontak mata kita.
·      Kontak mata anak tidak fokus dan mudah mengalihkan pandangan.
·      Raut wajah anak nampak datar tanpa ekspresi, tanpa motivasi, dan tanpa keinginan walaupun mereka dalam keadaan sedih, senang, kalah, maupun menang.
·      Secara fisik mereka memiliki fisik yang bagus, namun akan nampak saat kita ajak mereka untuk berdiskusi yaitu anak tersebut kadang tidak memperhatikan atau mendengarkan apa yang akan kita bicarakan, mereka kadang sulit untuk menyampaikan pendapatnya, berbicara dengan cedal, meyampiakan dengan kata-kata yang tidak jelas bahkan dengan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaannya.
·      Jika anak kita bawa pada suatu lingkungan yang banyak anak seusianya, anak tersebut cenderung tidak mau bergaul dengan mereka namun meilih untuk bermain sendiri, seakan-akan mereka memiliki dunianya sendiri yang tidak mau diganggu oleh orang lain.
·      Anak sering berbicara sendiri, bermain sendiri dan menjauh dari lingkungan pergaulan.
·      Secara fisik dan nampak dengan jelas anak memiliki keterbatasan (cacat)
Uraian di atas adalah ciri-ciri umum yang dapat kita kenali sejak dini, namun bukan berarti kita dapat dengan mudah memberikan label kepada anak dengamn ciri-ciri tersebut di atas sebagai anak berkebutuhan khusus, karena tanpa diagnosa dari ahlinya yaitu pikolog atau psikiater maka belum dapat dikatakan bahwa anak tersebut adalah anak berkebutuhan khusus. Apabila kita mendapati ciri-ciri umum yang tersebut di atas alangkah baiknya jika kita melaklukan antisipasi atau tindakan preventif dengan membawanya ke psikolog atau psikiater sehingga kelak potensi anak tersebut dapat dikembangkan secara optimal.
Lebih lanjut dan mendalam tentang anak bekebutuhan  khusus, beberapa ahli mengkategorikan dengan ciri-ciri tertentu.
Di dalam POS Pendidikan Inklusif Departemen Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terdiri atas anak yang mengalami hambatan permanen, temporer maupun hambatan dalam perkembangan. Ada bermacam-macam jenis anak dengan kebutuhan khusus, tetapi khusus untuk keperluan pendidikan inklusi, anak dengan kebutuhan khusus akan dikelompokkan sebagai berikut :
1.    Tuna netra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
Tuna netra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    tidak mampu melihat
b.    tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
c.    kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d.   sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e.    mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f.     bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g.    peradangan hebat pada kedua bola mata,
h.    mata bergoyang terus.

2.    Tuna rungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    tidak mampu mendengar,
b.    terlambat perkembangan bahasa
c.    sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d.   kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e.    ucapan kata tidak jelas
f.     kualitas suara aneh/monoton,
g.    sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h.    banyak perhatian terhadap getaran,
i.      keluar cairan ‘nanah’ dari kedua teling
3.    Tuna daksa/mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.   anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
b.   kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
c.   terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
d.   terdapat cacat pada alat gerak,
e.   jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
f.    kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g.   hiperaktif/tidak dapat tenang.
4.    Berbakat/memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
Anak berbakat adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (inteligensi), kreativitas, dan tanggungjawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya (anak normal), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    membaca pada usia lebih muda,
b.    membaca lebih cepat dan lebih banyak,
c.    memiliki perbendaharaan kata yang luas,
d.   mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
e.    mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
f.     mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
g.    menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
h.    memberi jawaban-jawaban yang baik,
i.      dapat memberikan banyak gagasan
j.      luwes dalam berpikir
k.    terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
l.      mempunyai pengamatan yang tajam,
m.  dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
n.    berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
o.    senang mencoba hal-hal baru,
p.    mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
q.    senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
r.     cepat menangkap hubungan sebabakibat,
s.     berperilaku terarah pada tujuan,
t.     mempunyai daya imajinasi yang kuat,
u.    mempunyai banyak kegemaran (hobi),
v.    mempunyai daya ingat yang kuat,
w.  tidak cepat puas dengan prestasinya,
x.    peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
y.    menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
5.    Tuna grahita
Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
b.    tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
c.    perkembangan bicara/bahasa terlambat
d.   tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
e.    koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
f.     sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
6.    Lamban belajar (slow learner) :
Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
b.    dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
c.    daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
d.   pernah tidak naik kelas.
7.     Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika), diduga disebabkan karena faktor disfungsi neugologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (inteligensinya normal bahkan ada yang di atas normal). Anak berkesulitan belajar spesifik dapat berupa kesulitan belajar membaca (disleksia), kesulitan belajar menulis (disgrafia), atau kesulitan belajar berhitung (diskalkulia), sedangkan mata pelajaran lain mereka tidak mengalami kesulitan yang signifikan (berarti) dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
1)        perkembangan kemampuan membaca terlambat,
2)        kemampuan memahami isi bacaan rendah,
3)        kalau membaca sering banyak kesalahan
b.    Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
1)        kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
2)        sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dgn 9, dan sebagainya,
3)        hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
4)        tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
5)             sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
c.    Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
1)        sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
2)        sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
3)        sering salah membilang dengan urut,
4)        sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
5)        sulit membedakan bangun-bangun geometri.
8.    Anak yang mengalami gangguan komunikasi;
Anak yang mengalami gangguan komunikasi adalah anak yang mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa. Anak yang mengalami gangguan komunikasi ini tidak selalu disebabkan karena faktor ketunarunguan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
b.    tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
c.    sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
d.   kalau berbicara sering gagap/gugup,
e.    suaranya parau/aneh,
f.     tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
g.    organ bicaranya tidak normal/sumbing.
9.    Tunalaras/anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku.
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya maupun orang lain, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.    bersikap membangkang,
b.    mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
c.    sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
d.   sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.