Membangun
Pola Belajar
Pola belajar anak harus diawali dengan membiasakan
anak untuk belajar setiap hari pada jam-jam yang telah disepakati dengan
keberadaan kita di sampingya atau adanya pendampingan dari kita
Tahun
pelajaran baru merupakan awal masuk sekolah yang menyenangkan buat anak-anak
kita. Mereka merasakan hal yang baru, mulai dari kelas baru ataupun jenjang
sekolah baru, atau mungkin karena sepatu, seragam, tas mereka yang baru.
Kebahagiaan anak-anak kita dapat kita rasakan saat anak kita akan berangkat
sekolah di hari pertama tahun ajaran baru.
Namun
semua itu berbalik ketika anak-anak kita terutama yang berada di kelas akhir
jenjang sekolah setelah mereka menjalani hari-hari sekolah beberapa bulan
kemudian. Anak-anak kita merasakan beban belajar yang semakin berat, mereka
harus menerima materi pelajaran yang seharusnya untuk waktu dua semester tapi
harus sudah diselesaikan dalam satu semester. Hal itu dikarenakan mereka harus
dipersiapkan untuk menghadapai Ujian Nasional yaitu ujian yang dilakukan oleh
pemerintah atau apapun istilahnya, sehingga pada semester dua materi pelajaran
yang mereka terima hanyalah berkaitan dengan drilling soal-soal Ujian Nasional,
try out, dan pemantapan materi. Semua itu dijalani mulai dari pagi masuk
sekolah hingga sore hari pulang sekolah sampai dengan menjelang pelaksanaan
ujian nasional. Kondisi tersebut setiap hari dialami anak-anak kita, sehingga
saat mereka pulang sekolah akan nampak di raut wajahnya kelelahan yang teramat
sangat, bahkan berdampak pada tingkat emosionalnya. Saat kita tanyakan
bagaimana di sekolah tadi?mungkin yang tercetus dari kata-katanya adalah nada
yang ketus. Apalagi kalau kita mendengar ungkapan hati anak kita bahwa
soal-soal ujian yang dikerjakannya sangat sulit untuk diselesaikan.
Melihat
kenyataan tersebut ditambah dengan informasi dari media massa, bahwa ujian
nasional merupakan salah satu syarat kelulusan anak, maka lengkap sudahlah
kepusingan anak kita saat mereka berada di kelas akhir jenjang pendidikan.
Bagaimanakah
untuk membantu mereka agar di kelas akhir jenjang pendidikan tidak dipusingkan
dengan keadaan tersebut?
Sebelum kita membicarakan tentang kondisi anak kita
di kelas akhir jenjang pendidikan, mari kita ingat terlebih dahulu pendapat
tentang belajar. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Dari pendapat tersebut bahwa belajar membutuhkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya, sedangkan pengalaman sebelumnya didapat dari
belajar secara kontinyu atau periodik. Jika belajar dilakukan secara frontal
dan sesaat yang terjadilah adalah kepanikan yang berlebihan seperti yang
tergambar pada uraian di atas.
Untuk menjaga agar tidak terjadi kepanikan yang
berlebihan, maka kita harus membentuk pola atau karakter belajar anak sejak dini.
Pola belajar anak harus diawali dengan membiasakan anak untuk belajar setiap
hari pada jam-jam yang telah disepakati dengan keberadaan kita di sampingya
atau adanya pendampingan dari kita. Kegiatan tersebut mulai dilakukan sejak
awal anak masuk sekolah. Ada bukti substansial yang menunjukkan bahwa anak-anak yang orang
tuanya terlibat dalam pendidikan mereka telah meningkat secara signifikan
prestasi akademik dan perkembangan kognitif (Andrews dan lain-lain 1982;
Henderson 1981; dan Herman dan Yeh 1980).
Tidak dapat kita pungkiri bahwa mungkin kita terlalu sibuk dengan
urusan pekerjaan kantor, namun bukan
berarti kita tidak dapat terlibat dalam pendampingan belajar anak kita. Di
Indonesia ini sudah menjadi hal yang jamak bahwa sebagian anak belajar dengan
mendatangkan guru privat atau ikut belajar di bimbingan belajar hal itu
dilakukan oleh orang tua karena merasa tidak memiliki kemampuan dalam
pendampingan dan bimbingan belajar anak. Walaupun anak kita sudah didampingi oleh
guru privat atau ikut bimbingan belajar namun bukan berarti tugas kita sudah
selesai terhadap belajar anak. Sebagai orang tua kita harus tetap memiliki
kewajiban untuk medampingi dan membimbing belajar anak. Agar anak kita terjaga
dalam waktu belajarnya sehingga kelak menjadikan karakter bagi dirinya, maka
kita harus menerapkan prinsip-prinsip belajar pada anak kita. Prinsip-prinsip
belajar tersebut diantaranya (Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, 2010):
1. Menumbuhkan
Motivasi Belajar yaitu dengan cara
·
menerangkan keutamaan orang yang
berilmu :
·
Menerangkan Adanya Kewajiban Belajar
2. Pengulangan-Pengulangan
Bahwasannya anak kita setiap hari kita
biasakan untuk belajar di setiap waktu walau hanya beberapa menit. Belajar
bukan hanya mengerjakan tugas sekolah tetapi dengan membiasakan membaca buku,
membaca ulang atau memahami ulang matrei yang diebrikan oleh guru merupakan
cara kita membiasakan belajar. Hal ini
harus kita lakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang.
3. Adanya
Perhatian yang Fokus
Pada saat anak kita sedang belajar,
kita juga harus ikut dalam situasi belajar dengan cara mematikan TV atau tidak
terlibat pembicaraan yang tidak tepat. Perhatian kita kepada anak yang sedang
belajar agar tetap fokus sehingga anak merasakan bahwa kita sedang terlibat dalam
kondisi belajar. Jika kita dapat menghargai, memberikan waktu yang tepat dan
memberikan perhatian kepada anak kita yang sedang belajar maka pada diri anak
akan merasakan kenyamanan dan ketenangan belajar. Namun sebaliknya pada saat
anak kita belajar justru sebagai orang tua kita melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan kondisi dan situasi belajar anak maka pada diri anak akan
tumbuh perasaan ketidaknyamanan dalam belajar sehingga anak kita menjadi tidak
fokus dalam belajar yang lambat laun akan menumbuhkan pemikiran bahwa orang
tuanya tidak memberikan perhatian terhadap belajarnya. Sebagai orang tua karena
kesibukan kita dalam pekerjaan sehingga kita tidak berada di samping anak saat
anak kita sedang belajar, keadaan yang demikian bukan merupakan halangan bagi
kita untuk menciptakan perhatian kita terhadap belajarnya anak kita agar tumbuh
kenyamanan dalam belajar yaitu dengan salah satu caranya adalah kita dapat
menghubunginya dan menanyakan belajarnya.
4. Bimbingan
Dan Pengawasan
Sebagai orang tua tugas kita adalah
membimbing dan mengawasi anak kita. Bimbingan dan pengawasan terutama dalam hal
belajar sangat diperlukan oleh anak. Bimbingan kepada anak dapat kita lakukan
dengan cara menanyakan kesulitan pelajaran yang dialami oleh anak dan
memberikan bantuan bimbingan untuk menyelesaikannya. Hal ini lambat laun akan
menciptakan rasa tenang pada diri anak.
Semoga sebagai
orang tua kita dapat melakukan untuk membentuk karakter anak kita menjadi
karakter pembelajar. Sehingga kelak anak kita akan menjadi orang yang mau
belajar dari pengalamannya dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Bagaimanakah menurut saudara?