MENGUAK TABIR POTENSI
ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Anak merupakan putra-putri sang hidup
yang rindu pada diri-sendiri, yang jiwanya adalah penghuni rumah masa depan,
yang kehidupannya akan terus berlangsung tiada henti sampai segala sesuatunya
berakhir (Khalil Gibran dalam Kartini, Kartono, 1990)
Anak
dilahirkan dengan potensi dan keunikannya masing-masing. Mereka terlahir
sebagai anak yang unik. Setiap anak berbeda dengan lainnya, bahkan anak
kembarpun memiliki potensi dan kelemahan yang berbeda.
Sebagai
orang tua anak adalah segalanya, merekalah generasi penerus orang tua, anak
bagaikan harta berlian yang tak terhingga nilainya. Dari pandangan tersebut, sebagian
umum orang tua akhirnya berambisi untuk menjadikan anak mereka harus seperti
orang tuanya atau bahkan lebih dari orang tuanya.
Karena
ambisi orang tuanya maka tidak sedikit orang tua yang memperlakukan anak sesuai
dengan keinginannya dan sangat sedikit sekali orang tua yang dapat memahami
potensi yang dimiliki si anak. Padahal anak bukanlah diri orang tuanya tetapi
anak adalah jiwa penghuni rumah masa depan yang memiliki kehidupan sendiri.
Sehingga
tidak jarang orang tua menginginkan anaknya menjadi pandai di sekolahnya,
menjadi juara kelas, nilai-nilai akademiknya selalu sempurna karena hingga saat
ini para orang tua masih berpandangan bahwa tolok ukur keberhasilan adalah jika
nilai akademik anaknya mendapatkan sempurna dan menjadi juara di kelasnya.
Disamping itu masih adanya anggapan orang tua bahwa kesuksesan anak tergantung
dari nilai akademiknya, jika nilai akademiknya sangat bagus seakan sudah
dijamin bahwa anak tersebut akan sukses.
Pandangan
orang tua tentang kesuksesan anak seperti tersebut di atas itu yang harus
diluruskan sehingga para orang tua akan semakin memahami potensi pada anak dan
dapat memberikan support untuk mengembangkan potensinya.
Faktor
yang paling dominan mempengerauhi keberhasilan (Kesuksesan) individu dalam
hidupnya bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya kecenderungan intelektual,
tetapi oleh faktor kematangan emosional (Daniel Goleman dalam Syamsul Yusuf,
2005).
Dari
pendapat pakar psikologi di atas tergambar dengan jelas bahwa intelektual yang
tinggi bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan atau kesuksesan anak, namun
mengembangkan kematangan emosionalnya yang lebih urgen karena salah satu faktor
itulah yang akan membawanya untuk mencapai kesuksesan dan yang paling utama
adalah faktor spiritualnya.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungan di mana ia hidup. Tanpa masyarakat, kepribadian seseorang tidak akan
berkembang. Anak belajar dan diajar oleh lingkungannya, mengenai bagaimana ia
harus bertingkah laku yang baik atau yang tidak baik. Lingkunagn itu dapat
berarti orang tua, saudara, teman, atau gurunya. Karena orang yang paling
bergantung seorang anak adalah orang tuanya maka peranan orang tua sangat
menentukan perkembangan moral anak tersebut (Sally S. Adiwardhana dalam Singgih
Gunarsa, 2008).
Dari pendapat di atas sangat jelas bahwa lingkungan baik
keluarga maupun masyarakat memiliki pengaruh yang dominan terhadap perkembangan
spiritual dan emosional anak. Orang tua berperan penting dalam perkembangan
anak untuk meraih keberhasilan.
Beberapa sikap orang tua yang perlu mendapat perhatian,
guna perkembangan moral anak adalah :
- Konsistensi dalam mendidik dan
mengajar anak-anak.
- Sikap orang tua dalam keluarga.
- Penghayatan orang tua akan agama yang
dianutnya.
- Sikap konsekuen dari orang tua dalam
mendisiplinkan anaknya.
Untuk
dapat membangun karakter anak agar potensinya dapat dikembangkan maka orang tua
sudah harus membangun kebiasaan-kebiasaan positif sejak dini.
Dalam
Psikologi Perkembangan bahwa pada masa anak usia sekolah dasar adalah masa
kritis dalam dorongan berprestasi, artinya pada masa ini anak membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses atau tidaknya, bekerja di atas rata-rata atau
sebaliknya. Tingkat perilaku berprestasi ini mempunyai korelasi yang sangat
tinggi dengan berperilaku pada masa dewasa (Hurlock, 1994).
Dari
pendapat di atas artinya bahwa pada masa usia sekolah dasar adalah masa untuk membentuk
karakter berprestasi dan suskes karena karakter tersebut akan mempunyai korelasi
yang sangat tinggi pada waktu dewasa kelak.
Dari
sinilah bahwa masa usia sekolah dasar adalah masa paling emas untuk membentuk
perilaku anak.
Pada
masa usia sekolah dasar pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur dan
tenang, pengetahuannya berkembang secara pesat, minat pada segala sesuatu yang
bergerak, ingatan mencapa intensitas paling besar dan paling kuat, daya
menghafal dan daya memorinya paling kuat, anak mampu memuat jumlah materi ingatan paling banyak
(Kartono, Kartini, 1990).
Dengan
kemampuan kognitif anak yang sangat besar dan kuat itulah maka pada masa usia
sekolah dasar ini adalah masa paling tepat untuk membentuk sikap berprestasi
dan karakter positif lainnya. Jika masa emas atau masa peka ini dibiarkan
berlalu begitu saja tanpa dioptimalkan maka yang terjadi adalah sebaliknya,
jika kelak dewasa anak tidak memiliki sikap berprestasi semua itu adalah hasil
dari masa usia sekolah dasar.
Untuk
dapat mengembangkan kemampuan secara optimal pada masa ini anak sudah
membutuhkan lingkungan yang lebih luas, lingkungan keluarga sudah tidak lagi
mampu memberikan fasiltas untuk mengembangkan fungsi-fungsi intelektual anak,
maka anak memerlukan suatu lingkungan sosial yang baru dan lebih luas yaitu
sekolah.
Dari
lingkungan sekolah inilah kemampuan anak daapt dikembangkan secara optimal baik
kemampuan intelektual maupun emosional dan spiritualnya. Pada masa ini juga
anak-anak mulai tertarik dengan hal-hal rumit bahkan untuk pelajaran berhitung
yang rumit-rumit mulai disukai.
Dengan
kondisi perkembangan intelektual yang begitu pesat maka masa ini disebut juga
dengan masa peluang emas. Di masa inilah segala potensi anak dapat diketahui
dan dikembangkan secara optimal. Kesuksesan anak pada masa dewasa kelak
bergantung pembentukan sikap pada masa usia sekolah dasar. Begitu juga dengan
karakter-karakter positif lainnya, jika pada masa ini kurang dikembangkannya
pembentykan karakter-karater yang posiyif maka sikap pada waktu dewasapun
menjadi kurang baik.
Pada
masa usia sekolah dasar ini lah masa potensi terbesar anak untuk dapat
dikembangkan dan dioptimalkan sehingga pada dewasa kelak akan menjadi anak yang
sukses dengan sikap dan perilaku yang memliki emosional, spiritual, dan
intelektual yang tinggi.
Jika
pada masa ini dibiarkan berlalu tanpa adanya pembiasaan untuk memebentuk
karakter positif dan mengembangkan kemampuannya maka yang terjadi adalah
sebaliknya. Dan yang paling berbahaya adalah jika kita tidak mampu dan tidak
tahu perkembangan perilaku anak pada masa ini.
Bagi
banyak orang tua masa usia sekolah dasar adalah masa yang menyulitkan karena
pada masa ini anak tidak mau lagi menuruti perintah orang tua dan dimana ia
lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya. Inilah tantangan terberat
bagi orang tua ketika anak-anak mencapai masa usia sekolah dasar padahal disatu
sisi inilah masa paling emas untuk mengembangkan potensi dan sikap atau
karakter positif anak.
Disinilah
peran dan sikap orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan
pengembangan potensi anak. Sikap orang tua yang tenang dan bijaksana,
mengutamakan kasih sayang dan tidak dengan ancaman atau kekerasan. Jika orang
tua memberikan sikap tersebut maka anak akan merasa nyaman dan tenang dalam
melakukan aktifitasnya dan mengembangkan dirinya, merasa enjoy sehingga akan
tumbuh rasa percaya diri akan kemam;puannya. Namun justru sebaliknya di saat
anak berada di lingkungan sekolah anak membutuhkan ketegasan dari pendidik.
Disiplin sekolah dan kewibawaan para guru memberikan kegairahan belajar anak.
Tidak jarang anak terikat hatinya dengan guru.
Menanamkan
pembiasaan untuk berperilaku posiitif, membentuk karakter yang baik, menguatkan
tingkat spiritual, dan membangun emosional agar menjadi anak yang
sholih-sholihah merupakan bentuk pembentukan karakter yang akan sangat mudah
dan memiliki potensi luar biasa untuk dapat dikembangkan di sekolah dasar. Jika
hal tersebut sudah menjadi budaya di sekolah dasar maka kelak sampai dewasa
anak sudah terbentuk memiliki kepribadian yang baik. Namun sebaliknya jika
sekolah dasar tidak dapat memanfaatkan peluang emas ini dengan baik, maka kelak
generasi kita akan menjadi generasi yang lemah. Disinilah peran utama
pendidikan di sekolah dasar. Bagaimana menurut saudara...????
Tidak ada komentar:
Posting Komentar