JADIKAN
PENDIDIKAN PENJERNIH IMAN ANAK
(Heri
Murtomo, Pelaku Pendidikan di Surabaya)
Transfer ilmu pengetahuan dalam proses
pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk mengasah qolbu anak tentang
ciptaan-Nya
Tumbuh
kembang anak bukan hanya dipengaruhi oleh bawaan sejak lahir tapi yang lebih
dominan adalah karena pengaruh lingkungan keluarga dan pendidikan yang
diperolehnya. Tumbuh kembang anak tidak hanya berbicara mengenai perkembangan
fisik dan intelektual saja namun yang lebih penting adalah perkembangan mental
spiritual atau yang lebih familiar disebut keimanan anak. Peranan orang tua
memiliki pengaruh yang utama dalam perkembangan anak dengan tidak
mengesampingkan proses pendidikan.
Dengan
adanya perkembangan tekhnologi yang super canggih di era seperti ini seharusnya
menjadi hal yang sangat mendukung dalam memupuk perkembangan spiritual anak.
Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, fenomena perkembangan spiritual
anak berada pada titik nadir. Marilah kita amati tentang perilaku anak pada
akhir-akhir ini, berbagai peristiwa di media massa menujukkan perilaku anak
yang melenceng jauh dari syariat Islam. Anak-anak terjebak dengan kecanggihan
tekhnologi untuk digunakan pada hal-hal yang buruk, antara lain game, akses
porno, budaya yang dilarang oleh Islam. Pengaksesan informasi tekhnologi yang tidak
tepat tersebut secara perlahan telah mengikis keimanan anak di dalam qolbunya. Perilaku
anak terhadap penggunaan tekhnologi yang tidak tepat tersebut justru secara
tidak langsung telah didukung oleh orang tua. Para orang tua membiarkan dan
memberikan waktu yang leluasa kepada anak dengan tanpa pendampingan untuk
memanfaatkan tekhnologi. Apakah kita sebagai orang tua telah melakukan
kesalahan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk memanfaatkan
tekhnologi? Tentu jawabannya tidak salah, karena jika kita tidak memberikan
kesempatan untuk mengakses informasi dengan tekhnologi maka kita akan memenjara
perkembangan intelektual anak. Bagaimana seharusnya yang dapat kita lakukan
untuk tetap menjaga keimanan anak dengan mengikuti perkembangan tekhnologi agar
kemampuan pengetahuannya semakin optimal? Salah satunya adalah dengan
pendampingan dan memberikan pemahaman ketauhidan. Harus diakui memang bahwa era
seperti ini tidak semua orang tua dapat berada di samping anaknya selama
sehari, kebanyakan orang tua memiliki aktivitas di luar rumah. Di sinilah
peranan utama pendidikan untuk membentengi mental dan keimanan anak walaupun
anak berada pada lingkungan di luar sekolah maupun di luar rumah.
Dalam
islam, manusia memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber penting yaitu sumber
ilahi dan sumber insani. Sumber ilahi adalah ilmu pengetahuan yang didatangkan
kepada kita secara langsung oleh Allah melalui wahyu, ilham atau mimpi-mimpi
yang benar. Sumber insani adalah ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia dari
pengalamnnya, observasi, penelitian serta usaha memecahkan persoalan melalui
trial and error(uji coba).
Mendidik
dalam Islam bukanlah sekedar mentransfer ilmu pengetahuan dan informasi, tetapi
lebih dari itu, mendidik adalah proses transformasi nilai dan kearifan kepada
setiap peserta didik. Transfer nilai membutuhkan keterlibatan seluruh aspek
yang ada pada diri peserta didik, disamping melibatkan pengalaman seluurh
anggota komunitas, mulia dari sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat (Muhammad
Syafii Antonio dalam Ensiklopedi Leadership dan Manajemen Muhammad, 2011).
Dari pendapat di atas nampak jelas bahwa pendidikan bukan
sekedar transfer ilmu pengetahuan justru dengan pendidikan akan semakin
menguatkan keimanan anak. Transfer ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan
merupakan sarana yang paling tepat untuk mengasah qolbu anak tentang
ciptaan-Nya. Proses pendidikan agar dapat mengasah dan memupuk ketauhidan anak sudah
harus dimulai sejak dini. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid dalam Manhaj
At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thifl yang diterjemahkan oleh Salafuddin Abu
Sayyid (2003), menyatakan bahwa periode paling ideal bagi pembinaan pendidikan
adalah fase kanak-kanak.
Ibnul qayyim dalam kitab Ahkam Al-Maulud mengatakan”di
awal waktu ketika anak-anak mulai bisa berbicara, hendaklah mendiktekan kepada
mereka kalimat la Ilaha illalLah Muhammad Rasulullah, dan hendaklah sesuatu
pertama kali di dengar oleh telinga mereka adalah La Ilaha illalLah dan
mentauhid-Nya. Yang tidak kalah penting dan prioritas adalah dengan mengajarkan
Al-Qur’an. Imam Suyuthi mengatakan” mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak
merupakan salah satu di antara pilar-pilar islam, sehingga mereka bisa tumbuh
di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu masuk ke dalam
hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai kemaksiatan dan
kesesatan. Al-Qur’an berpengaruh terhadap jiwa anak, yang akan membuat jiwa
anak semaikn jernih, dana kan dapat memecahkan persoalannya, baik persoalan
keyakinan dan kesehatannya.
Jika
sejak dini anak sudah di ajarkan seperti pada hal-hal di atas maka di kala anak
sudah mendapatkan informasi pengetahuan dari luar yang begitu banyak , maka
dengan pengetahuan tersebut akan semakin memupuk keimanannya. Bagaimanakah
memberikan ilmu pengetahuan yang tidak lepas dari ketauhidan dan justru
meningkatkan keimanan pada qolbu anak?
Salah
satu cara dalam proses pembelajaran sebelum memberikan materi ajar sebaiknya
diberikan cerita kisah atau dongeng. Dalam mendongeng agar cerita yang
disampaikan berdampak baik terhadap setiap siswa, maka guru harus memperhatikan
hal-hal berikut : Selektif dalam memilih dongeng atau cerita karena bisa juga
justru akan merusak pikiran siswa, Cerita harus dapat mencerdaskan jiwa dan
akhlak siswa, cerita dapat diambil dari AL-Qur’an, hadits nabi, perjalanan
hidup mukmin sejati, para syuhada, dan orang-orang saleh, kisah harus dikaitkan
dengan materi pelajaran, kisah harus mengandung pesan, kata-kata yang dipilih
harus tepat, baik, dan efektif, dan kisah harus menarik dan penuh liku.
Dalam pembentukan intelektual anak pada proses pendidikan
yang harus diberikan adalah menanamkan kecintaan kepada ilmu dan adab-adabnya,
tugas hafalan sebagian ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, memilih guru dan sekolah
yang baik, membimbing anak sesuai dengan kecenderungan ilmiah, dan jika
memungkinkan perlu adanya perpustakaan di rumah.
Jika proses pendidikan anak dapat diberikan seperti
terurai diatas, maka dalam kondisi lingkungan apapun, perkembangan tekhnologi
yang super super canggihpun keimanan pada qolbu anak tidak akan terkikis jutsru
sebaliknya yaitu semakin meningkatkan keimanan pada anak. Bagaimanakah menurut
saudara?