MENGUBAH
PARADIGMA PELAJARAN MATEMATIKA
Mata Pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang sangat sulit bagi sebagian besar peserta didik dari jenjang SD
hingga jenjang SMA. Hal tersebut sudah menjadi dogma mulai dari zaman orang tua
kita sekolah hingga saat ini. Hal ini dapat kita buktikan dengan mengajukan
pertanyaan ke beberapa peserta didik di sekolah-sekolah mulai jenjang SD hingga
SMA “pelajaran apa yang menurut kalian sulit?” maka sebagian besar dari mereka
akan menjawab bahwa mata pelajaran matematika bagi mereka merupakan mata
pelajaran yang sulit. Memang, kita pernah membaca berita, masih ada beberapa
peserta didik di Indonesia yang dapat mencapai mendali emas di ajang lomba
matematika internasional, namun itu hanya beberapa peserta didik dari ribuan
peserta didik di sekolah-sekolah. Sulitnya mata pelajaran matematika bagi
sebagian besar peserta didik dari jenjang SD hingg SMA disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor internal diri peserta didik dan faktor eksternal diri peserta
didik. Faktor internal diri peserta didik yaitu faktor yang mempengaruhi diri
peserta didik yang disebabkan dari dalam diri individu peserta didik. Faktor
internal muncul karena pada diri peserta didik telah menerima beberapa
informasi mengenai obyek tersebut, sehingga akan menimbulkan pesersepsi dalam
diri berdasarkan informasi yang diterimanya. Pada pelajaran matematika faktor
internal yang menyebabkan sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa
matematika merupakan pelajran yang paling sulit, antara lain :
· Adanya
opini dari lingkungan yaitu dari kakak-kakak mereka atau orang lain bahkan
masyarakat yang telah menempuh pendidikan lebih dulu yang mengatakan bahwa
matematika itu pelajaran yang paling sulit.
· Karena
informasi tersebut, maka para peserta didik memiliki pesepsi yang negatif saat
pelajaran matematika, sehingga materi pelajaran yang diberikan semakin
merpersulit informasi masuk ke memorinya.
· Infromasi
tersebut diperkuat dengan materi pelajaran yang diterima yaitu pelajaran yang
berupa angka-angka dan rumus-rumus.
Sedangkan faktor eksternal yang yang
menyebabkan sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan
pelajran yang paling sulit, antara lain :
· Suasana
belajar matematika yang kaku karena pelajaran yang berupa angka-angka dan
rumus-rumus.
· Cara
menyampaikan pelajaran matematika
· Kurangnya
penyampaian hubungan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari,
sehingga peserta didik merasa bahwa matematika yang dipelajari saat ini tidak
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
· Penyampaian
materi yang terlalu to the point, yaitu memberikan rumus-rumus tanpa di dahului
oleh cerita permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang ada hubungannya
dengan rumus tersebut.
· Kurangnya
aplikasi materi yang diterima dengan permasalahan kehidupan sehari-hari.
Karena dua faktor tersebut di atas, maka
lengkap sudahlah persepsi peserta didik bahwa memang matematika merupakan
pelajaran yang paling sulit.
Dari uraian di atas, bagaimanakah
membangun opini baru atau mengubah paradigma peserta didik tentang mata
pelajaran matematika?
Menurut beberapa ahli bahwa matematika
bukanlah ilmu yang terlepas dari persoalan kehidupan sehari-hari, namun ilmu
matematika muncul karena untuk menyelesaikan persoalan hidup yang berhubungan
dengan penghitungan. Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori
bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di
masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetitif.
Namun diperlukan upaya-upaya dalam
pembelajaran matematika agar pelajaran matematika menjadi pelajaran yang sangat
menyenangkan dan disukai oleh peserta didik. Jika peserta didik sudah
menyenangi dan menyukai pelajaran matematika, maka persepsi mereka bahwa
matematika adalah pelajaran yang paling sulit dengan sendirinya akan sirna.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan,
antara lain :
· Memberikan
iformasi pengetahuan kepada peserta didik tentang kegunaan matematika secara
keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari di segala bidang.
· Memberikan
informasi kepada peserta didik tentang fungsi materi matematika yang akan dipelajarai
dalam penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari.
· Memberikan
materi pelajaran matematika dengan menyenangkan, hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan sedikit cerita tentang sejarah ditemukannya materi tersebut
sebelum dimulainya pelajaran.
· Dalam
penyampaian materi sebelum mengenalkan rumus-rumus, terlebih dahulu memberikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi/rumus
yang akan disampaikan.
· Jika
materi yang akan disampaikan menurut ukuran peserta didik termasuk materi yang
sulit, maka memberikan materi dan persoalan dengan cara dimulai dari hal yang
mudah.
· Memberikan
materi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami peserta didik (tidak
bergantung pada bahasa matematika).
Namun itu semua adalah upaya dari guru.
Hal tersebut tidak akan berdampak efektif jika ternyata materi yang tertuang di
dalam standar kompetensi begitu luas dan banyak sehingga menuntut guru untuk
menyelesaikan semua standar kompetensi yang telah tertuang di dalam kurikulum.
Selain dari unsur guru, agar materi
matematika menjadi mudah dipahami oleh peserta didik, pemerintah dalam hal ini
kementrian pendidikan nasional juga harus ikut berperan.
Peran pememrintah, antara lain :
· Untuk
segera mengevaluasi standar kompetensi pelajaran matematika yang tertuang di
dalam standar isi.
· Menyesuaikan
standar kompetensi pelajaran matematika dengan usia perkembangan peserta didik.
· Menyederhanakan
materi pelajaran matematika, namun lebih memperdalam kompetensi pelajaran
matematika.
Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka guru-guru
dapat menyampaikan materi pelajaran matematika dengan mengeksplore seluruh
kompetensi siswa, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui media
yang memadai.