Tulisan ini kupersembahkan untuk Guru di Indonesia
Selamat Hari Guru Nasional, 25 Nopember 2023
Guru Sang Pencerah Peradaban
Perkembangan
era postmodern dengan digital yang pesat dan masif telah menggeser pola
kehidupan, semua lini kehidupan dapat diperoleh secara cepat dan instan. Hal
inilah yang telah membentuk pola pikir generasi saat ini bahwa era saat ini
semua dapat diperoleh dengan mudah dan cepat tanpa bersusah payah, tanpa
perjuangan, tanpa berupaya keras. Digital juga telah menyajikan berbagai budaya
luar negeri tanpa filter yang dengan mudah dapat diakses oleh generasi saat
ini. Perubahan-perubahan budaya dan pola pikir akan dengan mudah membawa
generasi untuk mengikutinya yang dianggap trend padahal belum tentu hal
tersebut sesuai dengan kaidah norma bangsa dan agama kita. Jika hal ini
dibiarkan membudaya pada generasi kita maka generasi yang akan datang hanyalah
menjadi generasi pengekor bangsa lain, generasi yang tanpa peradaban, dan tanpa
tujuan yang jelas.
Dari
hal itu, maka pendidikan memiliki peran penting dalam membangun peradaban
generasi. Berkaitan dengan peran pendidikan maka peran guru menjadi fokus utama
karena guru dianggap sebagai aktor pendidikan yang dapat membentuk peradaban
generasi.
Banyak
kita dapati informasi mengenai peristiwa kenakalan anak usia pelajar, hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi kemerosotan akhlak pelajar. Ini menjadi fakta bahwa
pendidikan kita belum berhasil mencapai tujuannya yaitu untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mencapai tujuan tersebut disinilah peran guru bukan sekedar sebagai penyampai
informasi ilmu pengetahuan namun lebih utama lagi yaitu mendidik. Ini selaras
dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dengan sistem among. Dalam sistem
among mengutamakan perkembangan anak, bahwa perkembangan alami anak akan tumbuh
dan berkembang jika anak dididik sesuai dengan kondisi lingkungannya, atas
dasar minat dan bakatnya, dan mengangkat kearifan lokal. Implementasi sistem
among dengan kondisi saat ini dalam pembelajaran adalah guru lebih banyak menyajikan
masalah-masalah kontekstual kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Konten
materi pelajaran dipadukan dengan keadaan nyata sehingga dapat membangun pola
pikir yang kritis, problem solving, kreatif, membentuk sikap empati,
kasih-sayang, mandiri, dan berusaha.
Jika peran guru hanya sekedar transfer of knowledge maka karakter
dan adab generasi akan luntur yang secara perlahan akan memusnahkan peradaban
dan martabat bangsa. Justru peran guru yang lebih utama dengan kondisi saat ini
adalah mengutamakan perkembangan anak yaitu perkembangan sesuai zamannya
menjadi insan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berakhlak, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Untuk itu perkembangan alami
anak akan tumbuh dan berkembangn jika anak dididik sesuai dengan kondisi
lingkungannya, atas dasar minat dan bakatnya, dan mengangkat kearifan lokal. Hal
ini selaras dengan pembelajaran pada Kurikulum Merdeka yaitu pembelajaran
deferensiasi yang mengutamakan keragaman siswa, karakteristik, dan potensinya.
Untuk membangun generasi dengan peradaban yang unggul, pendidikan tidak
dapat dipisahkan dengan peran orang tua dan hubungan guru dengan orang tua
harus terjalin mesra, saling mensupport, dan mendukung. Namun kenyataan yang
kita temui banyak orang tua yang menyerahkan tumbuh kembang anak kepada gurunya
tanpa mau ikut berperan. Jika anak mereka melakukan perilaku negatif, gurulah
yang menjadi sasaran pertama yang bertanggung jawab atas perilaku, sikap, dan
perbuatan yang dilakukan anak.
Pentingnya Peran Guru
Guru adalah perubah peradaban bangsa yang memiliki peran sebagai
pendidik, pembimbing, dan mengarahkan untuk menjadikan insan yang berakhlak
mulia, berilmu, dan mandiri bukan sekedar transfer of knowledge. Untuk
mewujudkan generasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dibutuhkan
kolaboratif yang intens dengan orang tua. Keluarga memiliki peran penting dan
utama dalam pendidikan anak. Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak,
karena merekalah yang telah memberikan keteladanan perkembangan akhlak anak
setiap waktu. Hal ini sebagaimana dipaparkan dalam buku Ki Hajar
Dewantara”Pemikiran dan Perjuangannya” yang diterbitkan oleh Museum Kebangkitan
Nasional Kementerian Pendidikan Dan kebudayaan tahun 2017, dijelaskan bahwa
pendidikan secara alami terjadi di lingkungan keluarga yang merupakan
pendidikan utama, Ayah-Ibu sebagai pendidik utama.
Bentuk kolaboratif antara guru dengan orang tua salah satunya adalah
guru dapat memberikan panduan pembentukan karakter di rumah dan memantaunya
melalui buku catatan karakter, sedangkan orang tua membimbing untuk menerapkan
dan memberikan respon pada buku catatan karakter. Jika terjadi perilaku yang
mulai menyimpang pada diri anak ketika di sekolah maupun di rumah maka keduanya
segera saling memberikan informasi untuk bersama-sama menemukan solusi. Yang
tidak kalah penting dan mendasar adalah adanya komunikasi dan kontrak kerjasama
antara guru dan orang tua untuk bersama-sama membentuk karakter dan adab anak.
Guru juga berperan untuk membentuk insan yang empati, problem solving
dan berpikir kritis, mandiri, memberikan bekal pengetahuan yaitu pengetahuan
yang bermanfaat dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari
dan menerapkan informasi yang didapatkan. Pengetahuan disini adalah pengetahuan
yang sesuai kebutuhan dan perkembangan sehingga dapat digunakan di masa yang
akan datang. Untuk mewujudkan hal itu maka guru dapat melakukan pembelajaran
yang mengutamakan keragaman peserta didik sebagaimana dalam Kurikulum Merdeka
dikenal dengan strategi pembelajaran deferensiasi.
Dalam mendidik, guru dapat menerapkan sistem among yang dipaparkan oleh
Ki Hajar Dewantara. Dalam sistem ini, guru mendidik siswa menjadi insan yang memiliki
roso, berpikir dan bertindak mandiri, memberikan pengetahuan yang diperlukan
dan bermanfaat yang menjadikan siswa cakap dengan strategi siswa mencari
sendiri pengetahuannya dan menggunakannya agar diperoleh manfaat. Pengetahuan
yang diperlukan dan bermanfaat adalah pengetahuan yang sesuai kebutuhan ideal
dan material yang dapat membangun peradaban yang unggul.
Dari hal di atas, bahwa perkembangan generasi dipengaruhi oleh
pendidikannya dan aktor pendidikan adalah guru. Jika guru berorientasi untuk
mengembangkan generasi yang beradab dan bermartabat maka peradaban bangsa akan
terwujud menjadi lebih unggul, namun jika guru hanya berorientasi untuk
mengembangkan kognitifnya akan tumbuh generasi cerdas tanpa adab yang
menjadikan bangsa tanpa peradaban.
Referensi
Wiryopranoto, S., Herlina, N., Marihandono, Dj. & Tangkilisan, Y. B. (2017). Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya. Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.