Edisi Khusus Hari Pendidikan 2015
|
Secara
jelas pada era globalisasi ini, sebagaimana yang sekarang terjadi, dunia seolah
sudah tidak memiliki lagi batas-batas wilayah dan waktu. Perkembangan
globalisasi ini tidak dapat dipungkiri telah membawa pengaruh yang sangat
signifikan terhadap dunia pendidikan di tanah air tercinta ini.
Aktivitas kehidupan sekarang ini sudah
bergantung kepada alat tekhnologi yang canggih. Hampir di semua lini kehidupan
dilengkapi dengan alat tekhnologi yang sangat canggih. Masa sekarang ini
aktivitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh tekhnologi. Kegiatan dan perilaku
manusia dilengkapi dengan alat yang super canggih, semua aktivitas dapat
dilakukan dengan serba cepat, dan dapat menembus ruang dan waktu. Dunia seakan
tanpa batas, dunia hanya selebar daun kelor (Jawa). Begitu juga dengan dunia
pendidikan dan proses pembelajaran tidak dapat luput dari pemanfaatan alat
tekhnologi. Namun harus disadari bahwa penggunaaan alat tekhnologi telah
membawa perubahan perilaku bagi peserta didik di dunia pendidikan. Dalam hal
aktivitas belajar, sekarang ini sebagian besar pelajar memiliki HP atau gadget atau iPad maupun Laptop. Mereka dengan sangat familiar
mengoperasikan alat tekhnologi tersebut, dapat menjelajah dunia lewat internet,
mencari informasi pengetahuan dengan mudah, mencari berita terkini tentang
berbagai macam perkembangan dengan mudah dan cepat. Pada intinya aktivitas
pelajarpun dipengaruhi oleh era tekhnologi. Melihat fenomena kehidupan dan
perilaku manusia seperti yang tertulis di atas maka era seperti tersebut
sekarang ini disebut dengan era globalisasi. Sztompka (2004: 101-102), mengatakan
bahwa globalisasi dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia
tunggal. Artinya, masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung pada
semua aspek kehidupan baik secara budaya, ekonomi, maupun politik, sehingga
cakupan saling ketergantungan benar-benar mengglobal. Pengertian globalisasi tersebut
tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah dikemukakan Irwan Abdullah (2006:
107). Menurutnya, budaya global ditandai dengan adanya integrasi budaya lokal
ke dalam suatu tatanan global. Nilai-nilai kebudayaan luar yang beragam menjadi
dasar dalam pembentukan sub-sub kebudayaan yang berdiri sendiri dengan
kebebasan-kebebasan ekspresi.
Secara jelas pada era globalisasi ini,
sebagaimana yang sekarang terjadi, dunia seolah sudah tidak memiliki lagi
batas-batas wilayah dan waktu. Perkembangan globalisasi ini tidak dapat
dipungkiri telah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan
di tanah air tercinta ini. Budaya-budaya bangsa barat dapat dengan mudah ditiru
oleh para pelajar Indonesia. Dengan adanya perkembangan tekhnologi yang begitu
canggih dapat berdampak kepada perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat
terjadi pada dua sisi yang berbeda. Pada sisi positifnya hampir semua para
pelajar melek tekhnologi, mereka memiliki pengetahuan yang luas, mereka dapat
belajar kapan dan dimanapun, mereka akan dengan mudah mendapatkan informasi
pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang diterimanya.
Namun bukan hanya sisi positif yang didapatkan tetapi sisi negatif cenderung lebih
dominan mengubah perilaku para pelajar. Saat ini banyak para pelajar yang
meniru perilaku orang-orang barat padahal hal tersebut bertentangan dengan
karakter sebagai seorang muslim. Yang lebih miris lagi saat ini para pelajar
dengan terang-terangan melakukan tindakan yang di larang oleh Allah, mereka melakukan
tindakan yang bertentangan dengan norma agama di tempat umum, mereka dengan
bangga bercerita kepada orang lain tentang tindakan haramnya, melakukan
tindakan perampokan, pembegalan dengan tanpa dosa, sadisme sesama teman,
sedangkan para pelajar perempuan banyak yang hamil di luar nikah. Intinya para
perilaku pelajar sudah sangat jauh dari karakter seorang muslim, sepertinya
mereka sudah tidak lagi meyakini bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabannya
kelak, dengan kata yang ekstrim harus dikatakan bahwa mereka sudah mengarah
kepada tidak percaya kepada hari akhir. Perilaku para pelajar yang intelek,
sopan, patuh pada orang tua, menghargai orang, bersaudara, gotong royong sudah
mulai punah. Perilaku pelajar tersebut harus segera dikembalikan pada budaya
dan karakter sebagai muslim dan bangsa Indonesia.
Untuk
dapat menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa alternatif yang banyak dikemukakan agar
dapat mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa
adalah pendidikan. Karena hal yang paling mudah untuk melakukan pembenahan terhadap
generasi bangsa adalah dengan melalui pintu pendidikan. Pendidikan dianggap
sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi
baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai
aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya
dan karakter bangsa. Proses pendidikan harus dapat menyiapkan anak didik yang
dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekarang dan akan datang, masyarakat
yang semakin lama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Hal ini
dikarenakan di era kehidupan global ini, dengan adanya berbagai penemuan dalam
bidang teknologi informasi, orang harus dapat membelajarkan diri dalam suatu
proses pendidikan yang bersifat maya (virtual). Implikasinya, bahwa
pendidikan harus mampu mempersiapkan bangsa ini menjadi komunitas yang
terberdayakan dalam menghadapi kehidupan global yang semakin lama semakin
menggantungkan diri pada teknologi informasi (Suyanto, 2004). Sisi lain,
proses pendidikan tidak boleh mengenyampingkan pembentukan kepribadian.
Masyarakat sekolah haruslah masyarakat yang berakhlak. Intinya, di alam era
globalisasi ini, tugas pendidikan, khususnya di Indonesia, di samping harus
mampu menyiapkan manusia yang mampu berkompetisi, tetapi juga harus mampu
menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi akulturasi budaya yang luar
biasa, terutama dari Barat. Disinilah pentingnya pendidikan budaya dan karakter
bangsa bagi generasi negeri tercinta ini. Pendidikan budaya dan karakter bangsa
yang dimaksud yaitu pendidikan budaya
dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki
nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang
religius, nasionalis, produktif dan kreatif .(Kemdiknas, 2010). Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan
akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya
tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Pendidikan harus dapat berperan
sebagai alat yang ampuh untuk menyaring budaya-budaya yang masuk dan sekaligus
menguatkan budaya lokal yang memang masih perlu dijunjung. Dengan demikian,
lembaga pendidikan dituntut, misalnya, harus menciptakan kurikulum yang dapat
memberdayakan tradisi lokal, memiliki kegiatan pemebntukan karakter budaya
bangsa, menciptakan lingkungan sekolah yang mencerminkan perilaku baik dan
menanamkan tata nilai budaya yang baik, hal ini agar supaya tidak punah karena
akibat pengaruh globalisasi yang tidak lagi mengenal sekat-sekat primordial dan
batas-batas wilayah bangsa.
Pendidikan budaya dan karakter
bangsa diharapkan dapat mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta
didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa;mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius;menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa;mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; danmengembangkan lingkungan kehidupan
sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity)
(pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kemdiknas 2010). Pendidikan
pada era globalisasi ini harus tetap mengedepankan pembentukan akhlak mulia. Seiring
lajunya zaman tantangan terberat dunia pendidikan adalah dalam rangka
menyiapkan manusia yang mempunyai akhlak mulia. Diketahui, bahwa pada era
globalisasi ini, batas-batas budaya sulit dikenali. Oleh karena itu, tugas
dunia pendidikan semakin berat untuk ikut membentuk bukan saja insan yang siap
berkompetisi, tetapi juga mempunyai akhlak mulia dalam segala tindakannya
sebagai salah satu modal sosial (capital social). Agar terbentuknya
insan yang berakhlak mulia, tentu saja ada suatu tuntutan bagaimana proses
pendidikan yang dijalankan mampu mengantarkan manusia menjadi pribadi yang
utuh, baik secara jasmani maupun rohani. (Sudarwan Danim, 2006: 65). Untuk itu,
penegakan akhlak yang mulia harus menjadi agenda yang tidak boleh
dikesampingkan, karena lemahnya akhlak inilah yang tampaknya menyebabkan bangsa
ini mengalami krisis multidimensi. Melihat kedaan semacam ini, tidaklah berlebihan
apabila salah satu prioritas garapan dunia pendidikan adalah mengatasi krisis
akhlak yang tengah melanda bangsa ini. Pendidikan harus tetap menomorsatukan
pendidikan akhlak. Sekolah harus berlomba-lomba membangun lingkungan sekolah
yang berkarakter baik dalam perilaku dan tutur kata. Semua itu dapat terwujud
apabila guru mengawali dengan memberikan keteladanan perilaku dan tutur kata
yang baik.