MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK
(Menurut Islam)
Bahwa setiap anak dilahirkan dalam
keadaan uniq yaitu setiap anak memiliki dan membawa potensi dan kekurangan
masing-masing. Dalam masa tumbuh kembang anak, potensi anak dapat dikembangkan dengan
optimal bergantung dari pola asuh orang tua di samping dukungan dari lingkungan
pendidikannya. Potensi pada diri anak adalah kemampuan atau kecerdasan yang
dimiliki setiap anak. Potensi tersebut yang akan membawa anak menjadi sukses. Sukses
dan tidaknya seorang individu bergantung perkembangan kecerdasan yang dimiliki,
sedangkan kecerdasan individu tidak ditentukan oleh faktor dominan IQ namun
ditentukan oleh faktor yang sangat potensial yaitu SQ dan EQ. IQ yang dimiliki
oleh setiap individu selama hidupnya tidak akan pernah mengalami peningkatan
yang signifikan namun berbeda dengan SQ dan EQ yang dapat berkembang dengan
optimal. Kecerdasan seorang anak dalam hidup adalah kemampuan menyelesaikan dan
mencari solusi masalah hidup yang dihadapai serta dapat membaca peluang untuk
melakukan terobosan dalam kesempatan sehingga dalam hidupnya akan dapat
menghasilkan karya-karya yang dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. Hal
ini dapat dikembangkan dengan optimal apabila SQ pada diri anak dikembangkan
dengan baik sehingga EQ anak akan terbentuk dengan baik pula.
Di dalam ESQ (Ary Ginajar; 2001) disebutkan
bahwa EQ ini merupakan kekuatan berfikir alam bawah sadar yang berfungsi
sebagai tali kendali atau pendorong. Para ilmuwan mengatakan bahwa “ada
keajaiban di dalam pemikiran besar”. Di dalam ESQ (Ary Ginanjar ;2001), menurut
Danah Zohar dan Ian Marshall “kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menghadapai persoalan makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibanding yang lain. SQ adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ
secara fektif. Bahkan SQ merupkan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan
Ian Marshall, SQ : Spiritual Intellegence, Bloomsbury, Great Britain).
Bagaimanakah cara meningkatkan kecerdasan
anak? Didalam Islam sudah diberikan contoh oleh Rasulullah SAW untuk
mengembangkan SQ dan EQ anak sehingga kelak mereka akan menjadi individu yang
tangguh, jujur, dapat dipercaya, santun , empati atau biasa disebut dengan
akhlak karimah. Sejak anak di dalam kandungan Ibu maka orang tua sudah harus
mengenalkan ketauhidan dengan cara membaca ayat-ayat Allah didekat Ibu sehingga
dapat didengar oleh sang janin di dalam kandungan. Pada saat kelahiran sang
bayi maka harus dikumandangkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga
kiri. Di dalam Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thifl (Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid; 2003), Dahlawi
mengatakan rahasia dan hikmah mengumandangkan adzan pada bayi : Adzan merupakan
bagian dari syi’ar-syi’ar islam, Pemberitahuan tentang agama Muhammad,
Mengkhususkan pengumandangan adzan pada bayi yang dilahirkan pada bagian
telinganya membuat setan lari, dalam hadits Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda “setipa anak adam itu
ketika dilahirkan akan digerakkan oleh setan ketika ia sedang dilahirkan
sehingga dia menangis dengan keras akibat gangguan tersebut, kecuali Maryam dan
putranya”. Setelah bayi lahir maka sang Ibu harus menyusuinya. Di dalam
Al-Qur’an surat Al-Qashahsh:12 “Dan kami cegah Musa dari menyusu kepada
perempuan-perempuan lain”, dan surat Al-Baqarah : 233 “Para ibu hendaknya
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya”. Melalui riset kesehatan dan psikologi bahwa
periode dua tahun pertama merupakan fase yang sangat penting dan menentukan bagi
perkembangan anak yang sehat baik dari aspek kesehatan maupun kejiwaan. Pembentukan
SQ dan EQ pada diri anak Islam sudah memberikan petunjuk sejak bayi lahir, hal
ini dimaksudkan agar kelak akan menjadi anak sesuai yang disyariatkan oleh
Islam. Begitu juga dengan pemberian susu ASI oleh Ibu kepada anak Islam sudah
memberikan petunjuk dan ini merupakan pembentukan EQ yang dianjurkan oleh Islam
karena dari hal itu akan terbentuk rasa kasih sayang seorang Ibu kepada anak di
samping juga pada diri anak akan terbentuk jiwa yang kuat karena merasa tenang
dan nyaman dalam belaian Ibu. Hal di atas adalah sebagai pondasi pembentukan SQ
dan EQ pada diri, karena pada saat masa dua tahun hingga baligh itulah masa
yang paling ideal untuk membentuk kecerdasan SQ dan EQ anak sehingga kelak
mereka akan menjadi individu yang berakhlak karimah dan cerdas dalam menghadapi
hidup.
Di samping hal di atas pembentukan SQ dan EQ anak
sudah harus dilakukan sejak dini di dalam Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah
lit-Thifl (Muhammad Nur Abdul Hafizh
Suwaid; 2003) disebutkan hal-hal yang dapat membentuk SQ dan EQ anak yaitu :
1.
mendikte
anak dengan kalimat tauhid,
2.
Menanamkan
kecintaan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
3.
Menanamkan
aqidah yang kuat dan kerelaan berqorban karena-Nya
4.
Memerintahkan
shalat, Mengajari shalat, Memukul anak jika enggan shalat, Mendidik anak agar
menghadiri shalat berjama’ah.
Abu dawud
meriwayatkan dari Sibrah bin Ma’bad Al-juhani bahwa dia berkata, Rasulullah
bersabda”perintahkanlah anak aklian untuk mengerjakan shalat jika sudah sampai
usia tujuh tahun, dan apabila telah berusia sepuluh tahun, pukullah ia jika
sampai mengabaikannya”. Pada usia sepuluh tahun seorang anak boleh dipukul, menurut
Syaikh Waliyullah Dahlawi mengandung dua aspek: Pertama, apabila ia telah
dianggap sehat secara kejiwaan. Hal ini terwujud dengan berfungsinya akal.
Tanda berfungsinya akal ini muncul ketika anak berumur sepuluh tahun. Sejak
usia tujuh tahun, seorang anak mulai berpindah ke fase berikutnya secara jelas,
dan puncaknya adalah pada usia sepuluh tahun. Ketika berusia sepuluh tahun
inilah seorang anak secara normal telah berakal dan bisa mengetahui mana yang
bermanfaat dan mana yang mendatangkan madharat. Kedua, ketika anak telah
mempunyai kematangan mental dan fisik, yaitu ketika anak berusia lima belas
tahun pada umumnya. Pada saat usia anak telah mengalami kematangan mental dan
jiwanya itulah masa yang tepat untuk menunjukkan kepada anak tentang hal-hal
yang tidak diperbolehkan dan yang diperbolehkanb serta hukuman apabila
melanggarnya karena pada usia tersbeut anak sudah dikatakan baligh.
5.
Mengajari
untuk puasa karena puasa merupakan ibadah ruhani sekaligus jasmani.
Dengan
melatih anak berpuasa maka di dalam diri anak akan terbentuk ruhani yang kuat,
tidak mudah goyah dan terpengaruh oleh
hal-hal negatif, senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
Dalam hal pembentukan EQ anak yaitu
dengan mengajarkan bagaimana hidup bermasyarakat. Pembinaan hidup bermasyarakat
ini bertujuan agar dia bisa beradaptasi dengan lingkungan kemasyarakatannya,
dengan orang-orang yang dewasa atau dengan teman sebayanya, dan juga agar
mempunyai peran positif. Demikian juga agar dia terhindar dari sifat memikirkan
diri sendiri dan rasa malu yang tidak pada tempatnya, dia akan menerima dan
memberi dengan tatakrama, dan juga melakukan interaksisosial. Kegiatan
pembinaan kemasyarakatan yang bertujuan mengembangkan dan mengoptimalkan EQ
anak dintaranya adalah :
-
Mengajak
anak menghadiri majelis kaum dewasa, membawa anak-anak ke majelis kaum dewasa,
maka akan terlihat kekurangan dan kebutuhuan-kebutuhannya, dengan demikian orang
tua akan bisa membimbingnya ke arah yang lebih sempurna lagi dan memotivasinya
untuk berani memberikan jawaban ketika ada lontaran pertanyaan sehingga dia
bisa berbicara setelah izin terlebih dahulu, yang tentunya dengan adab dan
sopan-santun. Disamping itu kemampuan akalnya akan meningkat dan jiwanya akan
terdidik, dia juga akan mengenal pembicaraan orang dewasa sedikit demi sedikit
sehingga ia akan siap terjun di tengah-tengah masyarakat. Anak-anak juga akan
mendapatkan nasehat dan bimbingan.
-
Menyuruh
anak melaksanakan tugas rumah sesuai dengan kemampuannya dan tidak membebani
diri anak. Pemberian tanggung jawab tugas rumah ini merupakan salah satu faktor
dominan terhadap perkembangan sosial anak. Dia bisa mengenal masalah-masalah
kehidupan yang belum diketahui sebelumnya, mempunyai kepercayaan diri yang kuat
dalam menghadapi berbagai persoalan, mempunyai kepekaan apa saja yang
diperlukan kedua oarang tuanya sebelum mereka menjelaskan. Namun dalam
memberikan tugas harus diberi tahu bagaimana cara mengerjakan tugas dengan
baik.
-
Membiasakan
mengucapakan salam ketika masuk/keluar rumah, bertemu orang dewasa atau teman
sebaya.
-
Mengajarakan
dengan mengajak anak untuk menjenguk anak sakit dengan harapan anak akan
memiliki jiwa kasih sayang, suka menolong dan dapat merasakan kesedihan orang
lain.
-
Memberikan
nasehat untuk memilih teman yang baik, karena lingkungan sangat berpengaruh
dominan terhadap perkembangan kejiwaan anak. Jika lingkungan teman dan tempat
bermain anak kurang kondusif untuk perkembangannya maka kelak dewasa anak akan
memiliki perkembangan kejiwaan seperti yang dialaminya, namun sebaliknya jika
teman dan tempat bermain anak sangat konduisf dan baik untuk perkembangan
kejiwaannya maka kelak dewasa anak akan menjadi anak yang baik.
-
Menghadiri
acara perayaan yang disyariatkan hal ini dimaksudkan agar anak
-
Bermalam
di rumah famili yang shalih agar anak dapat memahami kepribadian familinya di
samping itu dapat mengetahui famili-familinya.
Pembentukan
kejiwaan anak dalam hal akhlak adalah merupakan salah satu dasar meningkatkan
kecerdasan EQ anak . Meningkatakan kecerdasan EQ anak dalam hal akhlak adalah
dengan cara mengajarkan adab yang baik kepada anak. Adab tersebut antara lain :
adab sopan-santun, adab dengan kedua orang tua (berbicara dan memandang kedua
orang tua), Menghormati dan mengagungkan orang tua serta merendahkan diri
kepada mereka, bergegas untuk memberikan pelayanan kepada mereka, tidak
mengeraskan suara di majelis-majelis mereka, dan bersikap lembut ketika bergaul
dengan mereka, semua itu mesti dibiasakan oleh setiap anak, tidak memootng
pembicaraan orang tua, menghormati dan menghargai orang lain, Persaudaraan, Bertetangga,
Meminta izin jika keluar rumah, berkata jujur (harus dimulai dari orang tua,
sehingga dapat dijadikan taulada bagi anaknya). Rasulullah memberikan
perhataian terhadap perkembangan anak agar mempunyai kemampuan menjaga rahasia,
karena hal itu akan membawa kebaikan bagi anak itu sendiri untuk sekarang maupun
masa yang akan datang, berguna bagi keselamatan keluarga dan keutuhan
masyarakat, disamping itu akan menjadi anak yang memiliki kemauan kuat.Imam
Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far bahwa dia berkata”Suatu hari
Rasulullah pernah memboncengkanku di belakang beliau, lalu beliau menyimpankan
rahasia kepadaku yang tidak akan akau katakan kepada seorangpun”.
Yang
tidak kalah penting dari pembentuk SQ dan EQ anak adalah pembinaan perasaannya.
Apabila perasaan anak dibina secara seimbang maka kelak ia akan menjadi anak
yang lurus dalam kehidupannya yang utuh. Kecupan dan kasih sayang kepada anak,
kecupan memiliki dampak yang sangat besar dalam menggerakkan perasaan dan
kejiwaan anak, menenangkan gelombang amarahnya, akan tumbuh rasa keterikatan
yang erat di dalam mengokohkan hubungan
kecintaan antara yang tua dan muda. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
A’isyah bahwa ia berkata”telah datang beberpa orang Badui menghadap Rasulullah
dan bertanya”Apakah engkau mengecup anak-anakmu?’beliau menjawab”ya”, mereka
kemudian berkata”Tapi, demi Allah kami tidak mengecup anak-anak kami,
Rasulullah lalu bersabda”Aku tidak punya daya apa-apa bilamana Allah telah
mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu”. Bermain dan bercanda dengan anak,
Memberi hadiah dan bonus kepada anak, Membelai kepala anak, menyambut anak
dengan baik, mencari tahu keadaan anak dan menanyakannya adalah beberapa
kegiatan yang dapat membina perasaan anak. Memberikan kesempatan kepada anak
untuk bermain bersama anak-anak sebaya adalah merupakan pembentukan Eq anak
yang snagat luar biasa. Imam Ghazalai (dalam kitab AL-Ihya’), mengatakan:
setelah selesai belajar, anak seyogyanya bermain dengan permainan yang baik
yang bisa menghilangkan kepenatan selama belajar atau mengaji. Namun jangan
sampai bermain hingga kelelahan. Melarang anak untuk bermain dan memaksanya
untuk terus belajar justru akan mematikan hati, meghilangkan kecerdasan, dan
mengeruhkan hidup sehingga harus di cari solusi untuk lepas darinya”.
Jika
kita dapat memulai dan melakukan hal-hal yang telah diberikan tuntunan oleh
Islam dalam mendidik anak untuk membentuk SQ dan EQ agar dapat berkembang
dengan baik dan optimal, maka dalam perkembangan hidupnya anak akan menjadi
orang yang tangguh, jujur dan pantang menyerah dalam menghadapi hidup. Karena
kecerdasan dalam diri anak sudah terbentuk dan terbina sejak kecil maka anak
akan menjadi anak yang cerdas, senantiasa mengingat Allah SWT dalam perjalanan
hidupnya dan akan menjadi orang yang dapat hidup bermasyarakat dengan baik
serta bermanfaat bagi orang lain. Apakah kita sudah, sedang atau akan
melakukannya, semua dikembalikan pada diri kita masing-masing.