Minggu, 03 Mei 2015

GLOBALISASI DAN PRIORITAS PENDIDIKAN AKHLAK



Edisi Khusus Hari Pendidikan 2015
GLOBLAISASI DAN PRIORITAS PENDIDIKAN AKHLAK

Secara jelas pada era globalisasi ini, sebagaimana yang sekarang terjadi, dunia seolah sudah tidak memiliki lagi batas-batas wilayah dan waktu. Perkembangan globalisasi ini tidak dapat dipungkiri telah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan di tanah air tercinta ini.

Aktivitas kehidupan sekarang ini sudah bergantung kepada alat tekhnologi yang canggih. Hampir di semua lini kehidupan dilengkapi dengan alat tekhnologi yang sangat canggih. Masa sekarang ini aktivitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh tekhnologi. Kegiatan dan perilaku manusia dilengkapi dengan alat yang super canggih, semua aktivitas dapat dilakukan dengan serba cepat, dan dapat menembus ruang dan waktu. Dunia seakan tanpa batas, dunia hanya selebar daun  kelor (Jawa). Begitu juga dengan dunia pendidikan dan proses pembelajaran tidak dapat luput dari pemanfaatan alat tekhnologi. Namun harus disadari bahwa penggunaaan alat tekhnologi telah membawa perubahan perilaku bagi peserta didik di dunia pendidikan. Dalam hal aktivitas belajar, sekarang ini sebagian besar pelajar memiliki HP atau gadget atau iPad maupun Laptop. Mereka dengan sangat familiar mengoperasikan alat tekhnologi tersebut, dapat menjelajah dunia lewat internet, mencari informasi pengetahuan dengan mudah, mencari berita terkini tentang berbagai macam perkembangan dengan mudah dan cepat. Pada intinya aktivitas pelajarpun dipengaruhi oleh era tekhnologi. Melihat fenomena kehidupan dan perilaku manusia seperti yang tertulis di atas maka era seperti tersebut sekarang ini disebut dengan era globalisasi. Sztompka (2004: 101-102), mengatakan bahwa globalisasi dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Artinya, masyarakat di seluruh dunia menjadi saling tergantung pada semua aspek kehidupan baik secara budaya, ekonomi, maupun politik, sehingga cakupan saling ketergantungan benar-benar mengglobal. Pengertian globalisasi tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah dikemukakan Irwan Abdullah (2006: 107). Menurutnya, budaya global ditandai dengan adanya integrasi budaya lokal ke dalam suatu tatanan global. Nilai-nilai kebudayaan luar yang beragam menjadi dasar dalam pembentukan sub-sub kebudayaan yang berdiri sendiri dengan kebebasan-kebebasan ekspresi.
Secara jelas pada era globalisasi ini, sebagaimana yang sekarang terjadi, dunia seolah sudah tidak memiliki lagi batas-batas wilayah dan waktu. Perkembangan globalisasi ini tidak dapat dipungkiri telah membawa pengaruh yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan di tanah air tercinta ini. Budaya-budaya bangsa barat dapat dengan mudah ditiru oleh para pelajar Indonesia. Dengan adanya perkembangan tekhnologi yang begitu canggih dapat berdampak kepada perubahan perilaku. Perubahan perilaku dapat terjadi pada dua sisi yang berbeda. Pada sisi positifnya hampir semua para pelajar melek tekhnologi, mereka memiliki pengetahuan yang luas, mereka dapat belajar kapan dan dimanapun, mereka akan dengan mudah mendapatkan informasi pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang diterimanya. Namun bukan hanya sisi positif yang didapatkan tetapi sisi negatif cenderung lebih dominan mengubah perilaku para pelajar. Saat ini banyak para pelajar yang meniru perilaku orang-orang barat padahal hal tersebut bertentangan dengan karakter sebagai seorang muslim. Yang lebih miris lagi saat ini para pelajar dengan terang-terangan melakukan tindakan yang di larang oleh Allah, mereka melakukan tindakan yang bertentangan dengan norma agama di tempat umum, mereka dengan bangga bercerita kepada orang lain tentang tindakan haramnya, melakukan tindakan perampokan, pembegalan dengan tanpa dosa, sadisme sesama teman, sedangkan para pelajar perempuan banyak yang hamil di luar nikah. Intinya para perilaku pelajar sudah sangat jauh dari karakter seorang muslim, sepertinya mereka sudah tidak lagi meyakini bahwa Allah akan meminta pertanggungjawabannya kelak, dengan kata yang ekstrim harus dikatakan bahwa mereka sudah mengarah kepada tidak percaya kepada hari akhir. Perilaku para pelajar yang intelek, sopan, patuh pada orang tua, menghargai orang, bersaudara, gotong royong sudah mulai punah. Perilaku pelajar tersebut harus segera dikembalikan pada budaya dan karakter sebagai muslim dan bangsa Indonesia.
Untuk dapat menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa alternatif yang banyak dikemukakan agar dapat mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan. Karena hal yang paling mudah untuk melakukan pembenahan terhadap generasi bangsa adalah dengan melalui pintu pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Proses pendidikan harus dapat menyiapkan anak didik yang dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat sekarang dan akan datang, masyarakat yang semakin lama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Hal ini dikarenakan di era kehidupan global ini, dengan adanya berbagai penemuan dalam bidang teknologi informasi, orang harus dapat membelajarkan diri dalam suatu proses pendidikan yang bersifat maya (virtual). Implikasinya, bahwa pendidikan harus mampu mempersiapkan bangsa ini menjadi komunitas yang terberdayakan dalam menghadapi kehidupan global yang semakin lama semakin menggantungkan diri pada teknologi informasi (Suyanto, 2004). Sisi lain, proses pendidikan tidak boleh mengenyampingkan pembentukan kepribadian. Masyarakat sekolah haruslah masyarakat yang berakhlak. Intinya, di alam era globalisasi ini, tugas pendidikan, khususnya di Indonesia, di samping harus mampu menyiapkan manusia yang mampu berkompetisi, tetapi juga harus mampu menyiapkan peserta didik agar dapat menghadapi akulturasi budaya yang luar biasa, terutama dari Barat. Disinilah pentingnya pendidikan budaya dan karakter bangsa bagi generasi negeri tercinta ini. Pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dimaksud  yaitu pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .(Kemdiknas, 2010). Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Pendidikan harus dapat berperan sebagai alat yang ampuh untuk menyaring budaya-budaya yang masuk dan sekaligus menguatkan budaya lokal yang memang masih perlu dijunjung. Dengan demikian, lembaga pendidikan dituntut, misalnya, harus menciptakan kurikulum yang dapat memberdayakan tradisi lokal, memiliki kegiatan pemebntukan karakter budaya bangsa, menciptakan lingkungan sekolah yang mencerminkan perilaku baik dan menanamkan tata nilai budaya yang baik, hal ini agar supaya tidak punah karena akibat pengaruh globalisasi yang tidak lagi mengenal sekat-sekat primordial dan batas-batas wilayah bangsa.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa diharapkan dapat mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; danmengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity) (pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, kemdiknas 2010). Pendidikan pada era globalisasi ini harus tetap mengedepankan pembentukan akhlak mulia. Seiring lajunya zaman tantangan terberat dunia pendidikan adalah dalam rangka menyiapkan manusia yang mempunyai akhlak mulia. Diketahui, bahwa pada era globalisasi ini, batas-batas budaya sulit dikenali. Oleh karena itu, tugas dunia pendidikan semakin berat untuk ikut membentuk bukan saja insan yang siap berkompetisi, tetapi juga mempunyai akhlak mulia dalam segala tindakannya sebagai salah satu modal sosial (capital social). Agar terbentuknya insan yang berakhlak mulia, tentu saja ada suatu tuntutan bagaimana proses pendidikan yang dijalankan mampu mengantarkan manusia menjadi pribadi yang utuh, baik secara jasmani maupun rohani. (Sudarwan Danim, 2006: 65). Untuk itu, penegakan akhlak yang mulia harus menjadi agenda yang tidak boleh dikesampingkan, karena lemahnya akhlak inilah yang tampaknya menyebabkan bangsa ini mengalami krisis multidimensi. Melihat kedaan semacam ini, tidaklah berlebihan apabila salah satu prioritas garapan dunia pendidikan adalah mengatasi krisis akhlak yang tengah melanda bangsa ini. Pendidikan harus tetap menomorsatukan pendidikan akhlak. Sekolah harus berlomba-lomba membangun lingkungan sekolah yang berkarakter baik dalam perilaku dan tutur kata. Semua itu dapat terwujud apabila guru mengawali dengan memberikan keteladanan perilaku dan tutur kata yang baik.