Kamis, 20 Maret 2014

MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK (Menurut Islam)


MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK
(Menurut Islam)

Bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan uniq yaitu setiap anak memiliki dan membawa potensi dan kekurangan masing-masing. Dalam masa tumbuh kembang anak, potensi anak dapat dikembangkan dengan optimal bergantung dari pola asuh orang tua di samping dukungan dari lingkungan pendidikannya. Potensi pada diri anak adalah kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki setiap anak. Potensi tersebut yang akan membawa anak menjadi sukses. Sukses dan tidaknya seorang individu bergantung perkembangan kecerdasan yang dimiliki, sedangkan kecerdasan individu tidak ditentukan oleh faktor dominan IQ namun ditentukan oleh faktor yang sangat potensial yaitu SQ dan EQ. IQ yang dimiliki oleh setiap individu selama hidupnya tidak akan pernah mengalami peningkatan yang signifikan namun berbeda dengan SQ dan EQ yang dapat berkembang dengan optimal. Kecerdasan seorang anak dalam hidup adalah kemampuan menyelesaikan dan mencari solusi masalah hidup yang dihadapai serta dapat membaca peluang untuk melakukan terobosan dalam kesempatan sehingga dalam hidupnya akan dapat menghasilkan karya-karya yang dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. Hal ini dapat dikembangkan dengan optimal apabila SQ pada diri anak dikembangkan dengan baik sehingga EQ anak akan terbentuk dengan baik pula.
Di dalam ESQ (Ary Ginajar; 2001) disebutkan bahwa EQ ini merupakan kekuatan berfikir alam bawah sadar yang berfungsi sebagai tali kendali atau pendorong. Para ilmuwan mengatakan bahwa “ada keajaiban di dalam pemikiran besar”. Di dalam ESQ (Ary Ginanjar ;2001), menurut Danah Zohar dan Ian Marshall “kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapai persoalan makna atau value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding yang lain. SQ adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara fektif. Bahkan SQ merupkan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ : Spiritual Intellegence, Bloomsbury, Great Britain).
Bagaimanakah cara meningkatkan kecerdasan anak? Didalam Islam sudah diberikan contoh oleh Rasulullah SAW untuk mengembangkan SQ dan EQ anak sehingga kelak mereka akan menjadi individu yang tangguh, jujur, dapat dipercaya, santun , empati atau biasa disebut dengan akhlak karimah. Sejak anak di dalam kandungan Ibu maka orang tua sudah harus mengenalkan ketauhidan dengan cara membaca ayat-ayat Allah didekat Ibu sehingga dapat didengar oleh sang janin di dalam kandungan. Pada saat kelahiran sang bayi maka harus dikumandangkan adzan di telinga kanan dan iqomah di telinga kiri. Di dalam Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thifl  (Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid; 2003), Dahlawi mengatakan rahasia dan hikmah mengumandangkan adzan pada bayi : Adzan merupakan bagian dari syi’ar-syi’ar islam, Pemberitahuan tentang agama Muhammad, Mengkhususkan pengumandangan adzan pada bayi yang dilahirkan pada bagian telinganya membuat setan lari, dalam hadits Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda “setipa anak adam itu ketika dilahirkan akan digerakkan oleh setan ketika ia sedang dilahirkan sehingga dia menangis dengan keras akibat gangguan tersebut, kecuali Maryam dan putranya”. Setelah bayi lahir maka sang Ibu harus menyusuinya. Di dalam Al-Qur’an surat Al-Qashahsh:12 “Dan kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan lain”, dan surat Al-Baqarah : 233 “Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya”. Melalui riset kesehatan dan psikologi bahwa periode dua tahun pertama merupakan fase yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan anak yang sehat baik dari aspek kesehatan maupun kejiwaan. Pembentukan SQ dan EQ pada diri anak Islam sudah memberikan petunjuk sejak bayi lahir, hal ini dimaksudkan agar kelak akan menjadi anak sesuai yang disyariatkan oleh Islam. Begitu juga dengan pemberian susu ASI oleh Ibu kepada anak Islam sudah memberikan petunjuk dan ini merupakan pembentukan EQ yang dianjurkan oleh Islam karena dari hal itu akan terbentuk rasa kasih sayang seorang Ibu kepada anak di samping juga pada diri anak akan terbentuk jiwa yang kuat karena merasa tenang dan nyaman dalam belaian Ibu. Hal di atas adalah sebagai pondasi pembentukan SQ dan EQ pada diri, karena pada saat masa dua tahun hingga baligh itulah masa yang paling ideal untuk membentuk kecerdasan SQ dan EQ anak sehingga kelak mereka akan menjadi individu yang berakhlak karimah dan cerdas dalam menghadapi hidup.
Di samping hal di atas pembentukan SQ dan EQ anak sudah harus dilakukan sejak dini di dalam Manhaj At-Tarbiyyah An-Nabawiyyah lit-Thifl  (Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid; 2003) disebutkan hal-hal yang dapat membentuk SQ dan EQ anak yaitu :
1.         mendikte anak dengan kalimat tauhid,
2.         Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
3.         Menanamkan aqidah yang kuat dan kerelaan berqorban karena-Nya
4.         Memerintahkan shalat, Mengajari shalat, Memukul anak jika enggan shalat, Mendidik anak agar menghadiri shalat berjama’ah.
Abu dawud meriwayatkan dari Sibrah bin Ma’bad Al-juhani bahwa dia berkata, Rasulullah bersabda”perintahkanlah anak aklian untuk mengerjakan shalat jika sudah sampai usia tujuh tahun, dan apabila telah berusia sepuluh tahun, pukullah ia jika sampai mengabaikannya”. Pada usia sepuluh tahun seorang anak boleh dipukul, menurut Syaikh Waliyullah Dahlawi mengandung dua aspek: Pertama, apabila ia telah dianggap sehat secara kejiwaan. Hal ini terwujud dengan berfungsinya akal. Tanda berfungsinya akal ini muncul ketika anak berumur sepuluh tahun. Sejak usia tujuh tahun, seorang anak mulai berpindah ke fase berikutnya secara jelas, dan puncaknya adalah pada usia sepuluh tahun. Ketika berusia sepuluh tahun inilah seorang anak secara normal telah berakal dan bisa mengetahui mana yang bermanfaat dan mana yang mendatangkan madharat. Kedua, ketika anak telah mempunyai kematangan mental dan fisik, yaitu ketika anak berusia lima belas tahun pada umumnya. Pada saat usia anak telah mengalami kematangan mental dan jiwanya itulah masa yang tepat untuk menunjukkan kepada anak tentang hal-hal yang tidak diperbolehkan dan yang diperbolehkanb serta hukuman apabila melanggarnya karena pada usia tersbeut anak sudah dikatakan baligh.
5.         Mengajari untuk puasa karena puasa merupakan ibadah ruhani sekaligus jasmani.
Dengan melatih anak berpuasa maka di dalam diri anak akan terbentuk ruhani yang kuat, tidak  mudah goyah dan terpengaruh oleh hal-hal negatif, senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
Dalam hal pembentukan EQ anak yaitu dengan mengajarkan bagaimana hidup bermasyarakat. Pembinaan hidup bermasyarakat ini bertujuan agar dia bisa beradaptasi dengan lingkungan kemasyarakatannya, dengan orang-orang yang dewasa atau dengan teman sebayanya, dan juga agar mempunyai peran positif. Demikian juga agar dia terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri dan rasa malu yang tidak pada tempatnya, dia akan menerima dan memberi dengan tatakrama, dan juga melakukan interaksisosial. Kegiatan pembinaan kemasyarakatan yang bertujuan mengembangkan dan mengoptimalkan EQ anak dintaranya adalah :
-          Mengajak anak menghadiri majelis kaum dewasa, membawa anak-anak ke majelis kaum dewasa, maka akan terlihat kekurangan dan kebutuhuan-kebutuhannya, dengan demikian orang tua akan bisa membimbingnya ke arah yang lebih sempurna lagi dan memotivasinya untuk berani memberikan jawaban ketika ada lontaran pertanyaan sehingga dia bisa berbicara setelah izin terlebih dahulu, yang tentunya dengan adab dan sopan-santun. Disamping itu kemampuan akalnya akan meningkat dan jiwanya akan terdidik, dia juga akan mengenal pembicaraan orang dewasa sedikit demi sedikit sehingga ia akan siap terjun di tengah-tengah masyarakat. Anak-anak juga akan mendapatkan nasehat dan bimbingan.
-          Menyuruh anak melaksanakan tugas rumah sesuai dengan kemampuannya dan tidak membebani diri anak. Pemberian tanggung jawab tugas rumah ini merupakan salah satu faktor dominan terhadap perkembangan sosial anak. Dia bisa mengenal masalah-masalah kehidupan yang belum diketahui sebelumnya, mempunyai kepercayaan diri yang kuat dalam menghadapi berbagai persoalan, mempunyai kepekaan apa saja yang diperlukan kedua oarang tuanya sebelum mereka menjelaskan. Namun dalam memberikan tugas harus diberi tahu bagaimana cara mengerjakan tugas dengan baik.
-          Membiasakan mengucapakan salam ketika masuk/keluar rumah, bertemu orang dewasa atau teman sebaya.
-          Mengajarakan dengan mengajak anak untuk menjenguk anak sakit dengan harapan anak akan memiliki jiwa kasih sayang, suka menolong dan dapat merasakan kesedihan orang lain.
-          Memberikan nasehat untuk memilih teman yang baik, karena lingkungan sangat berpengaruh dominan terhadap perkembangan kejiwaan anak. Jika lingkungan teman dan tempat bermain anak kurang kondusif untuk perkembangannya maka kelak dewasa anak akan memiliki perkembangan kejiwaan seperti yang dialaminya, namun sebaliknya jika teman dan tempat bermain anak sangat konduisf dan baik untuk perkembangan kejiwaannya maka kelak dewasa anak akan menjadi anak yang baik.
-          Menghadiri acara perayaan yang disyariatkan hal ini dimaksudkan agar anak
-          Bermalam di rumah famili yang shalih agar anak dapat memahami kepribadian familinya di samping itu dapat mengetahui famili-familinya.
Pembentukan kejiwaan anak dalam hal akhlak adalah merupakan salah satu dasar meningkatkan kecerdasan EQ anak . Meningkatakan kecerdasan EQ anak dalam hal akhlak adalah dengan cara mengajarkan adab yang baik kepada anak. Adab tersebut antara lain : adab sopan-santun, adab dengan kedua orang tua (berbicara dan memandang kedua orang tua), Menghormati dan mengagungkan orang tua serta merendahkan diri kepada mereka, bergegas untuk memberikan pelayanan kepada mereka, tidak mengeraskan suara di majelis-majelis mereka, dan bersikap lembut ketika bergaul dengan mereka, semua itu mesti dibiasakan oleh setiap anak, tidak memootng pembicaraan orang tua, menghormati dan menghargai orang lain, Persaudaraan, Bertetangga, Meminta izin jika keluar rumah, berkata jujur (harus dimulai dari orang tua, sehingga dapat dijadikan taulada bagi anaknya). Rasulullah memberikan perhataian terhadap perkembangan anak agar mempunyai kemampuan menjaga rahasia, karena hal itu akan membawa kebaikan bagi anak itu sendiri untuk sekarang maupun masa yang akan datang, berguna bagi keselamatan keluarga dan keutuhan masyarakat, disamping itu akan menjadi anak yang memiliki kemauan kuat.Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far bahwa dia berkata”Suatu hari Rasulullah pernah memboncengkanku di belakang beliau, lalu beliau menyimpankan rahasia kepadaku yang tidak akan akau katakan kepada seorangpun”.
Yang tidak kalah penting dari pembentuk SQ dan EQ anak adalah pembinaan perasaannya. Apabila perasaan anak dibina secara seimbang maka kelak ia akan menjadi anak yang lurus dalam kehidupannya yang utuh. Kecupan dan kasih sayang kepada anak, kecupan memiliki dampak yang sangat besar dalam menggerakkan perasaan dan kejiwaan anak, menenangkan gelombang amarahnya, akan tumbuh rasa keterikatan yang erat di dalam mengokohkan hubungan  kecintaan antara yang tua dan muda. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari A’isyah bahwa ia berkata”telah datang beberpa orang Badui menghadap Rasulullah dan bertanya”Apakah engkau mengecup anak-anakmu?’beliau menjawab”ya”, mereka kemudian berkata”Tapi, demi Allah kami tidak mengecup anak-anak kami, Rasulullah lalu bersabda”Aku tidak punya daya apa-apa bilamana Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu”. Bermain dan bercanda dengan anak, Memberi hadiah dan bonus kepada anak, Membelai kepala anak, menyambut anak dengan baik, mencari tahu keadaan anak dan menanyakannya adalah beberapa kegiatan yang dapat membina perasaan anak. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain bersama anak-anak sebaya adalah merupakan pembentukan Eq anak yang snagat luar biasa. Imam Ghazalai (dalam kitab AL-Ihya’), mengatakan: setelah selesai belajar, anak seyogyanya bermain dengan permainan yang baik yang bisa menghilangkan kepenatan selama belajar atau mengaji. Namun jangan sampai bermain hingga kelelahan. Melarang anak untuk bermain dan memaksanya untuk terus belajar justru akan mematikan hati, meghilangkan kecerdasan, dan mengeruhkan hidup sehingga harus di cari solusi untuk lepas darinya”.
Jika kita dapat memulai dan melakukan hal-hal yang telah diberikan tuntunan oleh Islam dalam mendidik anak untuk membentuk SQ dan EQ agar dapat berkembang dengan baik dan optimal, maka dalam perkembangan hidupnya anak akan menjadi orang yang tangguh, jujur dan pantang menyerah dalam menghadapi hidup. Karena kecerdasan dalam diri anak sudah terbentuk dan terbina sejak kecil maka anak akan menjadi anak yang cerdas, senantiasa mengingat Allah SWT dalam perjalanan hidupnya dan akan menjadi orang yang dapat hidup bermasyarakat dengan baik serta bermanfaat bagi orang lain. Apakah kita sudah, sedang atau akan melakukannya, semua dikembalikan pada diri kita masing-masing.