Rabu, 24 Oktober 2012

Mengubah Paradigma Pelajaran Matematika


MENGUBAH PARADIGMA PELAJARAN MATEMATIKA

 Mata Pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit bagi sebagian besar peserta didik dari jenjang SD hingga jenjang SMA. Hal tersebut sudah menjadi dogma mulai dari zaman orang tua kita sekolah hingga saat ini. Hal ini dapat kita buktikan dengan mengajukan pertanyaan ke beberapa peserta didik di sekolah-sekolah mulai jenjang SD hingga SMA “pelajaran apa yang menurut kalian sulit?” maka sebagian besar dari mereka akan menjawab bahwa mata pelajaran matematika bagi mereka merupakan mata pelajaran yang sulit. Memang, kita pernah membaca berita, masih ada beberapa peserta didik di Indonesia yang dapat mencapai mendali emas di ajang lomba matematika internasional, namun itu hanya beberapa peserta didik dari ribuan peserta didik di sekolah-sekolah. Sulitnya mata pelajaran matematika bagi sebagian besar peserta didik dari jenjang SD hingg SMA disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal diri peserta didik dan faktor eksternal diri peserta didik. Faktor internal diri peserta didik yaitu faktor yang mempengaruhi diri peserta didik yang disebabkan dari dalam diri individu peserta didik. Faktor internal muncul karena pada diri peserta didik telah menerima beberapa informasi mengenai obyek tersebut, sehingga akan menimbulkan pesersepsi dalam diri berdasarkan informasi yang diterimanya. Pada pelajaran matematika faktor internal yang menyebabkan sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan pelajran yang paling sulit, antara lain :
·      Adanya opini dari lingkungan yaitu dari kakak-kakak mereka atau orang lain bahkan masyarakat yang telah menempuh pendidikan lebih dulu yang mengatakan bahwa matematika itu pelajaran yang paling sulit.
·      Karena informasi tersebut, maka para peserta didik memiliki pesepsi yang negatif saat pelajaran matematika, sehingga materi pelajaran yang diberikan semakin merpersulit informasi masuk ke memorinya.
·      Infromasi tersebut diperkuat dengan materi pelajaran yang diterima yaitu pelajaran yang berupa angka-angka dan rumus-rumus.
Sedangkan faktor eksternal yang yang menyebabkan sebagian besar peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan pelajran yang paling sulit, antara lain :
·      Suasana belajar matematika yang kaku karena pelajaran yang berupa angka-angka dan rumus-rumus.
·      Cara menyampaikan pelajaran matematika
·      Kurangnya penyampaian hubungan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik merasa bahwa matematika yang dipelajari saat ini tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
·      Penyampaian materi yang terlalu to the point, yaitu memberikan rumus-rumus tanpa di dahului oleh cerita permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang ada hubungannya dengan rumus tersebut.
·      Kurangnya aplikasi materi yang diterima dengan permasalahan kehidupan sehari-hari.
Karena dua faktor tersebut di atas, maka lengkap sudahlah persepsi peserta didik bahwa memang matematika merupakan pelajaran yang paling sulit.
Dari uraian di atas, bagaimanakah membangun opini baru atau mengubah paradigma peserta didik tentang mata pelajaran matematika?
Menurut beberapa ahli bahwa matematika bukanlah ilmu yang terlepas dari persoalan kehidupan sehari-hari, namun ilmu matematika muncul karena untuk menyelesaikan persoalan hidup yang berhubungan dengan penghitungan. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.  Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Namun diperlukan upaya-upaya dalam pembelajaran matematika agar pelajaran matematika menjadi pelajaran yang sangat menyenangkan dan disukai oleh peserta didik. Jika peserta didik sudah menyenangi dan menyukai pelajaran matematika, maka persepsi mereka bahwa matematika adalah pelajaran yang paling sulit dengan sendirinya akan sirna.
Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan, antara lain :
·      Memberikan iformasi pengetahuan kepada peserta didik tentang kegunaan matematika secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari di segala bidang.
·      Memberikan informasi kepada peserta didik tentang fungsi materi matematika yang akan dipelajarai dalam penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari.
·      Memberikan materi pelajaran matematika dengan menyenangkan, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan sedikit cerita tentang sejarah ditemukannya materi tersebut sebelum dimulainya pelajaran.
·      Dalam penyampaian materi sebelum mengenalkan rumus-rumus, terlebih dahulu memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi/rumus yang akan disampaikan.
·      Jika materi yang akan disampaikan menurut ukuran peserta didik termasuk materi yang sulit, maka memberikan materi dan persoalan dengan cara dimulai dari hal yang mudah.
·      Memberikan materi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami peserta didik (tidak bergantung pada bahasa matematika).
Namun itu semua adalah upaya dari guru. Hal tersebut tidak akan berdampak efektif jika ternyata materi yang tertuang di dalam standar kompetensi begitu luas dan banyak sehingga menuntut guru untuk menyelesaikan semua standar kompetensi yang telah tertuang di dalam kurikulum.
Selain dari unsur guru, agar materi matematika menjadi mudah dipahami oleh peserta didik, pemerintah dalam hal ini kementrian pendidikan nasional juga harus ikut berperan.
Peran pememrintah, antara lain :
·      Untuk segera mengevaluasi standar kompetensi pelajaran matematika yang tertuang di dalam standar isi.
·      Menyesuaikan standar kompetensi pelajaran matematika dengan usia perkembangan peserta didik.
·      Menyederhanakan materi pelajaran matematika, namun lebih memperdalam kompetensi pelajaran matematika.
Jika hal tersebut dapat dilakukan, maka guru-guru dapat menyampaikan materi pelajaran matematika dengan mengeksplore seluruh kompetensi siswa, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui media yang memadai.

Selasa, 23 Oktober 2012

soal latihan KPK kelas VI


Materi            : KPK

1.     Tentukan KPK dari :
a. 42, 56, 84                        c. 12, 20, 16
b 18, 24, 48                         d. 36, 72, 90
2.     Lampu hijau menyala setiap 5 detik, lampu merah setiap 6 detik dan lampu kuning setiap 12 detik. Jika ketiga lampu menyala secara bersama-sama pada detik ke-1, maka ketiga lampu akan menyala bersama-sama lagi pada detik ke …
3.     Doni berenang setiap 5 hari sekali, Didik berenang setiap 6 hari sekali dan Roni setiap 10 hari sekali. Jika mereka berenang bersama-sama pada hari Sabtu, maka mereka akan berenang bersama-sama lagi untuk yang kedua kalinya pada hari …
4.     Ada 3 (tiga) lampu yang berkedip-kedip. Lampu merah berkedip setiap 4 detik, lampu hijau berkedip setiap 5 detik dan lampu kuning berkedip setiap 8 detik. Jika ketiga lampu berkedip bersama-sama pada detik ke-40, maka ketiga lampu akan berkedip bersama-sama lagi pada detik ke ...
5.     Rina, Rini, dan Mimin berlatih menari di tempat yang sama. Rina berlatih setiap 2 hari sekali, Rini setiap 4 hari sekali, dan Mimin setiap 3 hari sekali. Jika mereka berlatih bersama-sama pada tanggal 21 Agustus 2010, maka mereka akan berlatih bersama-sama lagi pada tanggal ...
6.     Dandi, Dio, dan Sahel rajin mengunjungi anak-anak yang tinggal di Panti Yatim DW. Dandi berkunjung ke panti setiap 5 hari sekali, dio setiap 6 hari sekali, dan sahel setiap 4 hari sekali. Jika mereke berkunjung bersama-sama ke panti pada tanggal 21 April 2010, maka mereka akan berkunjung bersama-sama lagi pada tanggal ...
7.     Kampung ”Bersemi” membuat lampu hias untuk perayaan HUT RI dengan membuat 3 jenis lampu yaitu merah, hijau dan kuning. Lampu merah menyala setiap 8 detik, lampu hijau setiap 10 detik dan lampu kuning setiap 12 detik. Jika pada detik ke-1 ketiga lampu dinyalakan secara bersama-sama maka ketiga lampu akan menyala bersama-sama lagi pada detik ke ....
8.     Truk A mengirim pasir ke toko material setiap 16 hari sekali. Truk B mengirim pasir ke toko material setiap 18 hari sekali. Hari ini kedua truk mengirim pasir ke toko material bersama-sama. Setelah berapa hari lagi kedua truk akan mengirim apsir ke toko material secara bersama-sama ?
9.     Adam pergi ke dokter gigi setiap 60 hari sekali, sedangkan Yahya pergi ke dokter setiap 80 hari sekali. Jika pada tanggal 11 Juli 2010 mereka pergi ke dokter secara bersama-sama, tanggal  berapakah mereka akan pergi ke dokter bersama-sama lagi
10.  Ada 3 lampu merah, hijau, dan kuning. Lampu merah menyala setiap 5 menit, lampu hijau menyala setiap 12 menit, dan lampu kuning menyala setiap 15 menit. Jika ketiga lampu dinyalakan secara bersama-sama pada pukul 11.45, pada pukul berapakah ketiga lampu akan menyala bersama-sama lagi ?

Kamis, 18 Oktober 2012

soal latihan matematika kelas VI


SOAL LATIHAN
Materi  : Bilangan Bulat (hitung campuran)

Kerjakan soal di bawah ini dengan tepat !
1.    128 + 72 – 8 X 12 : 4 = ....
2.    120 : (-12) X (-5) = ...
3.    (43 X 14) – (5.453 : 19) + 17 = ....
4.    425 X (-12) – 40 : 5 = ....
5.    (-25) – (-35) + 45 = ....
6.    -600 X 15 – 1.800 : (-30) + 2100 = ....
7.    3.230 + 1.210 : (-11) = ....
8.    400 : (-20) X 16 – 156 = ....
9.    351 X 12 : 6 +  72 – 105 = ....
10.  (29 X 15) + (29 X 5) = ...
SOAL LATIHAN
Materi   : Hitung Campuran (soal cerita)
Kerjakan soal di bawah ini dengan tepat !
1.     Galih mendapat uang saku dari Ibunya sebesar Rp. 5.000,00 dan dari neneknya Rp. 3.500,00. Uang tersebut digunakan membeli Buku tulis dengan harga Rp. 4.400,00 dan kue Rp. 1.000, berapakah sisa uang Galih ....
2.     Sebuah keranjang berisi 32 buah pepaya. Sebanyak 13 buah masing-masing dengan berat 3Kg, 11 buah masing-masing dengan berat 4Kg, dan sisanya masing-masing dengan berat 5Kg. Berat seluruh pepaya dalam keranjang adalah ....
3.     Kakak membeli 7 buah ballpoin. Ia membayar dengan uang Rp. 15.000,00 dan kembali Rp. 2.750,00, maka harga sebuah ballpoin adalah ....
4.     Ibu membeli beras 8 Kg di pasar dengan harga Rp. 48.000,00. Jika Rita memiliki uang Rp. 72.000,00, maka berapa Kg beras yang didapat .....
5.     Seorang pedagang membeli 4 karung terigu yang harganya Rp. 720.000,00. Jika isi tiap karung adalah 50 Kg, maka harga beli 1 kg terigu adalah ...
6.     Budi berada di sebuah hotel berbintang. Ia naik ke lantai 12 setelah itu Ia turun 3 lantai dan kemudian naik lagi 7 lantai dan turun lagi 5 lantai. Di lantai berapakah Budi sekarang ?
7.     Suhu udara di sebuah puncak pegunungan pada pagi hari -20C. Pada siang hari suhunya naik 100C, malam hari suhunya turun 150C, maka suhu udara pada malam hari di puncak pegunungan tersebut adalah ....
8.     Saat berangkat dari terminal di Medan, sebuah bus mengangkut 19 orang penumpang. Selama perjalanan, 28 orang naik dan 7 orang turun. Setelah sampai terminal terakhir, berapakah penumpang di bus tersebut ....

Pendidikan Masa Depan


Bangsa indonesia adalah bangsa yang memiliki potensi yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Namun hingga saat ini bangsa Indonesia masih merupakan kategori negara dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Generasi bangsa pada dewasa ini masih belum menunjukkan generasi yang mampu bersaing dengan negara-negara maju. Bahkan kita sering melihat di media massa maupun media elektronik bahwa generasi bangsa kita justru mengalami kemunduran baik spiritual, emotional, maupun inteleqtual. Hal ini terbukti dengan perilaku generasi bangsa yang menyimpang dari norma agama maupun norma negara, tawuran antar pelajar, perkelahian antar warga, konflik antar agama, traficking anak di bawah umur, sungguh memprihatinkan. Kejadian-kejadian tersebut disebabkan generasi bangsa dengan mudah diprovokasi oleh pihak lain. Mudahnya memprovokasi generasi bangsa karena spiritual, emotional, dan inteleqtual yang pas-pasan. Jika hal ini dibiarkan terus berlarut-larut maka menjadi hal yang bukan mustahil bahwa kelak bangsa Indonesia akan menjadi bangsa di bawah kendali bangsa lain. Apakah kita terlambat membenahi generasi bangsa ? tidak, keterlambatan masih dapat dikejar selama semuanya ditangani dengan serius. Apakah yang harus dibenahi terlebih dahulu untuk menjadikan generasi bangsa yang cerdas? Generasi bangsa di masa mendatang, masa sekarang, ataupun masa lalu merupakan hasil dari proses pendidikan, maka ujung tombak pembentukan generasi bangsa adalah pendidikan. Jadi hal utama dan pertama yang harus dibenahi adalah pendidikannya. Pendidikan yang bagaimanakah yang dapat menghasilkan generasi bangsa yang cerdas?. Marilah kita amati dan kita pahami bersama pendidikan di Indonesia saat ini. Banyak kita temui berita-berita di media massa maupun media elektronik tentang kejadian-kejadian yang melanggar norma agama maupun norma negara yang dilakukan oleh para peserta didik. Jika kita jujur sebenarnya perilaku para peserta didik tersebut akibat dari kopensasi ketidakmampuan peserta didik di dunia pendidikan, ketidakmampuan peserta didik untuk mengikuti dan beradaptasi dengan ilmu pengetahuan. Apakah ketidakmampuan peserta didik untuk beradaptasi dengan dunia pendidikan yang notabene merupakan dunia ilmu pengetahuan adalah memang dikarenakan ketidakmampuannya sebagai seorang manusia ataukah karena dunia pendidikan kita yang tidak dapat menempatkan peserta didik sebagai manusia. Yang jelas menurut ilmu makhluk hidup bahwa manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dimanapun dan memiliki kemampuan untuk mempelajari ilmu pengetahuan karena Allah telah menempatkan manusia sebagai hamba-Nya yang sempurna yaitu memiliki akal, berarti dunia pendidikan kita tidak dapat menempatkan manusia sebagai manusia. Inilah yang harus dibenahi ! Yaitu pendidikan harus menempatkan manusia sebagai manusia, istilahnya pendidikan memanusiakan manusia. Dari mana kita memulai, pendidikan harus memanusiakan manusia. Kita amati bersama bagaimana seorang peserta didik belajar di sekolah. Seorang peserta didik berangkat ke sekolah pada waktu pagi hari ± pukul 07.00 WIB, dengan membawa satu tas buku pelajaran yang kurang lebih pada hari itu akan belajar 5 mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sampai dengan ±pukul 14.00 WIB. Dalam benak kita akan bertanya : Mampukah dalam sehari menyerap semua informasi pelajaran yang diberikan ?, bagaimana tidak menyerap informasi karena masih banyak kita temui di sekolah-sekolah bahwa pelajaran diberikan dengan cara menyampaikan informasi. Jika pulang sekolah maka kita akan melihat seorang anak yang berangkat dengan wajah segar dan ceria, pulang dengan wajah layu dan lelah seperti menanggung beban tugas rumah yang amat berat dan banyak. Sungguh......!anak-anak kita bagaikan robot yang harus mengikuti pemiliknya, mereka harus menghafal semua informasi pelajaran yang diberikan di sekolah dan harus hafal kalo ingin mendapatkan nilai sempurna menurut ukuran dunia pendidikan kita saat ini. Ini bukanlah kesalahan dari guru semata karena sebagai seorang guru yang harus melaksankan tugas negara yaitu mencapai tujuan pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Pendidikan sudah diatur dan diarahkan oleh negara, semua pendidikan harus mengikuti garis-garis yang ditetapkan negara. Tidak menjadi masalah bahwa pendidikan harus ditetapkan negara karena itu merupakan salah satu kewajiban negara, tetapi yang menjadi persoalan adalah pendidikan yang telah ditetapkan negara tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang.Inilah persoalan sebenarnya, yang harus segera dibenahi untuk menjadikan pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang bagaimanakah yang memanusiakan manusia? Pendidikan adalah proses untuk mengembangkan kemampuan dan potensi diri serta membentuk watak dan peradaban manusia agar menjadi manusia yang bermartabat. Pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi diri secara holistik yang menyentuh segala aspek diri peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hingga dewasa ini di dalam dunia penididikan masih terlalu dominan pada ranah kognitif yang dikembangkan, barangkali hal ini masih dipengaruhinya oleh teori psikologi bahwa unsur IQ yang akan menentukan keberhasilan seseorang. Padahal di abad 20-an hal tersebut sudah dibantah oleh teori psikologi lainnya bahwa kesuksesan seseorang bukan semata-mata karena IQ yang tinggi, namun lebih pada SQ dan EQ yang tinggi. Inilah yang belum dikembangkan oleh dunia pendidikan, bahwa SQ dan EQ peserta didik yang akan menentukan generasi mendatang. Mengembangkan SQ dan EQ peserta didik memang bukanlah hal yang sangat mudah karena banyak faktor yang harus dibenahi, mulai dari sandar isi, kurikulum, proses, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana-prasarana, serta yang tak kalah penting adalah pembiayaan pada pendidikan.
Dari faktor-faktor tersebut pada tulisan ini akan difokuskan pada pembahasan mengenai kurikulum pendidikan kita. Kurikulum yang dianut pendidikan kita saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam Peraturan Pememrintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan tentang kurikulum pendidikan :
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
Kelompok mata pelajaran estetika;
Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Jika pada semua jenjang pendidikan dari SD sampai SMA mengacu pada kerangka dasar kurikulum yang telah ditetapkan, maka saat ini kita tidak akan lagi menemui para peserta didik berangkat ke sekolah dengan wajah cerah dan ceria karena akan bertemu dengan teman-teman walaupun beban tas yang begitu berat dan pulang dengan wajah yang layu dan lesu seperti menanggung beban dan tugas rumah yang amat berat. Saat ini mulai dari jenjang SD sampai SMA kurang lebih terdapat 11-12 mata pelajaran, belum dengan mata pelajaran untuk muatan lokal dan pengembangan diri. Belum lagi jika kita lihat kompetensi yang ditetapkan pada setiap mata pelajaran yang begitu banyak dan meluas, sehingga kita akan mendapatkan bahwa setiap hari peserta didik akan mendapatkan informasi untuk dihafal. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut maka akan membentuk generasi bangsa yang pandai menghafal namun tidak pandai mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan masalah. Salah satu alternatif agar pendidikan kita dapat mengoptimalkan potensi peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan cara mengurangi mata pelajaran dan mempersempit kompetensi namun lebih dalam pada setiap mata pelajaran.
Banyak hal yang akan di dapat oleh peserta didik dan guru apabila mata pelajaran dan kompetensi yang berkurang namun lebih dalam, yaitu :
·  Guru akan lebih punya waktu banyak untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi materi.
·      Peserta didik akan lebih memahami materi yang telah dipelajari dan akan dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
·      Beban peserta didik untuk mata pelajaran tidak terlalu berat
·  Peserta didik tidak terbebani untuk menghafal materi (secara teoritis memang tidak menghafal materi, namun kenyataannya masih dapat kita saksikan ujian tulis yang berlangsung saat ini yang sifatnya menguji hafalan materi)
·      Peserta didik merasa tidak terbebani dengan materi pelajaran di sekolah
·  Peserta didik akan memiliki rasa menyenangi materi pelajaran, karena mereka dapat menggali dan memperoleh informasi dari hasil kerja mereka.
·      Cara berfikir peserta didik lambat laun akan terbentuk dan dapat mengkonstruksi informasi yang digalinya.
·      Guru benar-benar akan berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
·    Guru benar-benar akan memfungsikan tugasnya sebagai yang memberikan cara belajar kepada peserta didik.
·      Sekolah akan punya banyak waktu untuk membentuk keimanan dan karakter peserta didik.
Jika semua ini dapat dilakukan di dunia pendidikan maka pendidikan sebagaimana yang dicanangkan akan terwujud, dan dari ahsil pendidikan akan terbentuklah generasi-generasi bangsa yang beriman, cerdas, kreatif, inovatif, dan demokratis yang bertanggungjawab. Generasi bangsa akan menjadi generasi yang dapat mengembangkan potensi bangsanya, generasi yang berkarya, generasi yang dapat merawat dan memanfaatkan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. Negara kita akan menjadi negara dengan tingkat kemakmuran rakyatnya sangat tinggi. Generasi bangsa menjadi generasi yang cerdas.